Kamis, 09 Desember 2010

Aku Masih Anak SMP


Saat itu aku masih SMP kelas 2, Kak Luna sudah di SMA kelas 2. Banyak teman-temanku maupun teman kakakku naksir kepadaku. Kata mereka sih aku cantik. Walaupun aku merasa biasa-biasa saja (Tapi dalam hati bangga lho.., he.., he..) Aku punya body bongsor dengan kulit putih bersih. Rambut hitam lurus, mata bulat dan bibir seksi (katanya sich he.., he..). Saat itu aku merasa bahwa payudaraku lebih besar dibandingkan teman-temanku, kadang-kadang suka malu saat olah raga, nampak payudaraku bergoyang-goyang. Padahal sebenarnya hanya berukuran 34B saja. Salah seorang teman kakakku, Kak Agun namanya, sering sekali main ke rumah. Bahkan kadang-kadang ikutan tidur siang segala. Cuma seringnya tidur di ruang baca, karena sofa di situ besar dan empuk. Ruangannya ber AC, full music. Kak Agun bahkan dianggap seperti saudara sendiri. Mama dan orang tuanya sudah kenal cukup lama.

Saat itu hari Minggu, Mama, Papa, dan Kak Luna pergi ke luar kota. Mak Yam pembantuku pulang kampung, Pak Rebo tukang kebun sedang ke tempat saudaranya. Praktis aku sendirian di rumah. Aku sebenarnya diajak Mama tapi aku menolak karena PR bahasa Inggrisku menumpuk.

Tiba-tiba aku mendengar bunyi derit rem. Aku melihat Kak Agun berdiri sambil menyandarkan sepeda sportnya ke garasi. Tubuhnya yang dibalut kaos ketat nampak basah keringat.
“Barusan olah raga…, muter-muter, terus mampir…, Mana Kak Luna?”, tanyanya. Aku lalu cerita bahwa semua orang rumah pergi keluar kota. Aku dan Kak Agun ngobrol di ruang baca sambil nonton TV. Hanya kadang-kadang dia suka iseng, menggodaku. Tangannya seringkali menggelitik pinggangku sehingga aku kegelian.
Aku protes, “Datang-datang…, bikin repot. Mending bantuin aku ngerjain PR”. Eh…, Kak Agun ternyata nggak nolak, dengan seriusnya dia mengajariku, satu persatu aku selesaikan PR-ku.
“Yess! Rampung!”, aku menjerit kegirangan. Aku melompat dan memeluk Kak Agun, “Ma kasih Kak Agun”. Nampaknya Kak Agun kaget juga, dia bahkan nyaris terjatuh di sofa.
“Nah…, karena kamu sudah menyelesaikan PR-mu, aku kasih hadiah” kata Kak Agun.
“Apa itu? Coklat?”, kataku.
“Bukan, tapi tutup mata dulu”, kata dia. Aku agak heran tapi mungkin akan surprise terpaksa aku menutup mata.

Tiba-tiba aku merasa kaget, karena bibirku rasanya seperti dilumat dan tubuhku terasa dipeluk erat-erat.
“Ugh…, ugh…”, kataku sambil berusaha menekan balik tubuh Kak Agun.
“Alit…, nggak apa-apa, hadiah ini karena Kak Agun sayang Alit”.
Rasanya aku tiba-tiba lemas sekali, belum sempat menjawab bibirku dilumat lagi. Kini aku diam saja, aku berusaha rileks, dan lama-lama aku mulai menikmatinya. Ciuman Kak Agun begitu lincah di bibirku membuat aku merasa terayun-ayun. Tangannya mulai memainkan rambutku, diusap lembut dan menggelitik kupingku. Aku jadi geli, tapi yang jelas saat itu aku merasa beda. Rasanya hati ini ada yang lain. Kembali Kak Agun mencium pipiku, kedua mataku, keningku dan berputar-putar di sekujur wajahku. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Rasanya saat itu aku sudah mulai lain. Napasku satu persatu mulai memburu seiring detak jantungku yang terpacu. Kemudian aku diangkat dan aku sempat kaget!

“Kak Agun…, kuat juga”. Dia hanya tersenyum dan membopongku ke kamarku. Direbahkannya aku di atas ranjang dan Kak Agun mulai lagi menciumku. Saat itu perasaanku tidak karuan antara kepingin dan takut. Antara malu dan ragu. Ciuman Kak Agun terus menjalar hingga leherku. Tangannya mulai memainkan payudaraku. “Jangan…, jangan…, acch…, acch…”, aku berusaha menolak namun tak kuasa. Tangannya mulai menyingkap menembus ke kaos Snoopy yang kupakai. Jari-jemarinya menari-nari di atas perut, dan meluncur ke BH. Terampil jemarinya menerobos sela-sela BH dan menggelitik putingku. Saat itu aku benar-benar panas dingin, napasku memburu, suaraku rasanya hanya bisa berucap dan mendesis-desis “ss…, ss…”,. Tarian jemarinya membuatku terasa limbung, ketika dia memaksaku melepas baju, aku pun tak kuasa. Nyaris tubuhku kini tanpa busana. Hanya CD saja yang masih terpasang rapi. Kak Agun kembali beraksi, ciumannya semakin liar, dan jemarinya, telapak tangannya mengguncang-guncang payudaraku, aku benar-benar sudah hanyut. Aku mendesis-desis merasakan sesuatu yang nikmat. Aku mulai berani menjepit badannya dengan kakiku. Namun malahan membuatnya semakin liar. Tangan Kak Agun menelusup ke CD-ku.
Aku menjerit, “Jangan…, jangan…”, aku berusaha menarik diri. Tapi Kak Agun lebih kuat. Gesekan tangannya mengoyak-koyak helaian rambut kemaluanku yang tidak terlalu lebat. Dan tiba aku merasa nyaris terguncang, ketika dia menyentuh sesesuatu di “milikku”. Aku menggelinjang dan menahan napas, “Kak Agun…, ohh.., oh…”, aku benar-benar dibuatnya berputar-putar. Jemarinya memainkkan clit-ku. Diusap-usap, digesek-gesek dan akhirnya aku ditelanjangi. Aku hanya bisa pasrah saja. Tapi aku kaget ketika tiba-tiba dia berdiri dan penisnya telah berdiri tegang. Aku ngeri, dan takut. Permainan pun dilanjutkan lagi, saat itu aku benar-benar sudah tidak kuasa lagi, aku pasrah saja, aku benar-benar tidak membalas namun aku menikmatinya. Aku memang belum pernah merasakannya walau sebenarnya takut dan malu.


Tiba-tiba aku kaget ketika ada “sesuatu” yang mengganjal menusuk-nusuk milikku, “Uch…, uch…”, aku menjerit.
“Kak Agun, Jangan…, ach…, ch…, ss…, jangan”.
Ketika dia membuka lebar-lebar kakiku dia memaksakan miliknya dimasukkan. “Auuchh…”, aku menjerit.
“Achh!”, Terasa dunia ini berputar saking sakitnya. Aku benar-benar sakit, dan aku bisa merasakan ada sesuatu di dalam. Sesaat diam dan ketika mulai dinaik-turunkan aku menjerit lagi, “Auchh…, auchh…”. Walaupun rasanya (katanya) nikmat saat itu aku merasa sakit sekali. Kak Agun secara perlahan menarik “miliknya” keluar. Kemudian dia mengocok dan memuntahkan cairan putih.

Saat itu aku hanya terdiam dan termangu, setelah menikmati cumbuan aku merasakan sakit yang luar biasa. Betapa kagetnya aku ketika aku melihat sprei terbercak darah. Aku meringis dan menangis sesenggukan. Saat itu Kak Agun memelukku dan menghiburku, “Sudahlah Alit jangan menangis, hadiah ini akan menjadi kenang-kenangan buat kamu. Sebenarnya aku sayang sama kamu”.

Saat itu aku memang masih polos, masih SMP, namun pengetahuan seksku masih minim. Aku menikmati saja tapi ketika melihat darah kegadisanku di atas sprei, aku jadi bingung, takut, malu dan sedih. Aku sebenarnya sayang sama Kak Agun tapi…, (Ternyata akhirnya dia kawin dengan cewek lain karena “kecelakaan”). Sejak itu aku jadi benci…, benci…, bencii…, sama dia.

Gak Dapet Restu Tetep Ngentot


Saat teman ku selesai mengguyur serta melempari telur, ku beranikan diri untuk menolong dia. Kebetulan aku kenal dan akrab dengan dia. Ku batu dia membereskan buku2 serta pakaianya.Tiba2, tak sengaja sikut ku menyenggol dada dia yang besar itu (32B).


Aku langsung minta maaf…Tetapi adik ku di sana telah berdiri dan horny banget nih…Pikiran jahat mulai merasuk dalam diriku.
Ku cari akal supaya bisa menikmati tubuh seksinya.Doi tubuhnya langsing,Tinggi 160cm,rambut ikal,kulit putih dan bersih.
Ide pun muncul dalam benak ku.
“Sar,mending kita disini dulu. Nanti kalo disiram lagi gimana?Brabe urusannya”
“Tapi,gimana yah…Gue mo ngeles nih”
“ngeles dalam keadaan begini?Yg bnr ja! Nnti gue bantu ngomong ke nyokap deh.Janji.”
“bener nih?” “bener!”
Hari telah menunjukan jam 4 sore. Sekolah pun mulai sepi.Tak terasa sarah tertidur karna lelah kejar2an sama temannya.”Yes, kesempatan nih” pikir ku.Ku dekati dia dan ku pegang tangannya.dia diam saja.Mungkin terlalu lelah,pikir ku.aksi pun di mulai.ku rebahkan tubuhnya di atas meja.Satu demi satu kancing ku lepas.Dan tersembullah dua buah gunung yang indah.kucoba tuk meraba.Tapi dia tidak merespon.Akhirnya nekat juga aku.Ku jilati pentilnya yang kecil itu.Dan tersontak dia bangun.


“Apa yang loe lakukan Van?”Teriak dia.
Keadaan sekolah sepi, dan sekitar sekolah kami hanya kebun.Suara yang keraspun mungkin tak ada yang mendengar.
Tanpa pikir panjang,ku kulum bibir seksinya supaya tidak teriak lagi. Ku buka paksa rok abu2nya,dan ku belai2 bibir kemaluannya.Rasa geli dan nikmat membuatnya bergerak meronta2.
“Sar,dari pada loe sakit gue perkosa,mending loe nurut aja!”Kata gue sedikit membentak.
Akhirnya dia sedikit lebih tenang dan mulai menuruti perintah gue.Perlahan namun pasti.Kami berciuman kembali dan gue mulai memainkan memeknya dengan jari telunjukku.
Dia mulai terangsang.Ini dibuktikan dengan dia mulai meraba2 kontol gue yang masih terbungkus rapi.Perlahan-lahan dia mulai membuka resleting. Dan akhirnya keluarlah Tugu monas yang kekar ini.Ia sempat tersontak kaget.walaupun ga lebar n tebal,tapi panjangnya 19cm.Mulut kecilnya pun mulai menciumi ujung kontol gue.Dikocoknya perlahan.Tak pernah gue merasakan kenikmatan ini.Akhirnya gue ingin mencapai klimaks…


Dipercepatnya kocokan pada kontol ku.”Terus sar…Terus…Ah…Ah…Ah…” “Crott… Crott…Crott…Crott…Crott…Crott…”Bersamaan dengan itu,terbukalah pintu kelas yang tadinya tertutup rapat.Kami kaget dengan apa yang kami lihat.Sesosok wanita berumur 36,berdiri didepan pintu.Sarah diam seribu bahasa.Mulutnya penuh dengan peju yang ku keluarkan.
“TANTE….”Kataku.
“Cepat bereska pakaian kalian!Kamu Ivan ikut tante!Tante ingin mengatakan sesuatu!Kamu sarah,cepat menyusul ke mobil!Maki ibu sarah dengan nada tinggi.
“Celaka nih gue.Mo diapain nih gue?”pikir gue tak karuan
“Apa yang kamu lakukan dengan sarah sangat tak bermoral! Kamu ikut sayapulang!”
Gue ikutin aja perintah dia…
Sesampainya di rumah sarah,ibunya menyuruh sarah masuk kekamar n jangan keluar sebelum ibunya memanggil n mengampuni dia. Gue di cramahin abis2an. Kuping gue ampe panas dibuatnya.


Akhirnya dia pergi ke dapur tuk ngambillin gue minum.”Huh,akhirnya gue bisa istirahatin kuping gue” pikir gue. Ibunya dateng dengan air putih di tanganya. “Yah,rumah ja gede,masa minum air putih!”Guman gue kesel.
Ditaruhnya gelas itu di meja tepat di depan gue. Lalu gue liat pemandangan yang aduhai…Belahan dada berukuran 36b itu terlihat jelas. Kontol gue mulai bangun dan meronta2 tuk keluar… Gue tutup clana gue dengan bantal sova.
Kemudian dia duduk di sebelah gue seperti tadi. Kelihatannya pengen ngomelin gue lagi…Sebelum itu terjadi,gue dah keburu nafsu tuk ngentotin dia,ya gue langsung tarik tangan dia n mulai menciumi dia sambil memegang toketnya yang aduhai…
Dia meronta2 mencoba tuk melawan…Kemudian tangan kanan gue mulai menuju ke lembah kenikmatan dirinya…Dia semakin meronta2 tak karuan. Tetapi lama2 dia mulai tenang,perlahan2 mulai menikmati permainan gue. Gue buka satu per satu kancing bajunya,lalu tersembulah keluar toket yang begitu indah itu kemudian dengan nafsu yang begitu besar, gue kemut2 puting susunya. Dia tak mau kalah, dia mulai memegangi penis gue yang sudah sangat kencang. di belai dengan lembut kemudian dia buka resleting gue dan mencoba melepaskan celana panjang gue.
Tersembul keluarlah kontol gue yang lumayan gede,lebar(4 cm) n panjang(19 cm) (maklum,masih ABG). dikocoknya perlahan. Nikmat sekali…Kemudian dia bangkit berdiri dan mendekatkan toketnya ke penis gue…Gue ngerti maksud dia…Gue nyelipin kontol gue ke belahan teteknya…Diapitnya kontol gue dengan kedua tetek dia.Kemudian dia mulai menaik-turunkan teteknya itu…”ah…oh…more…more…more hard babe..” teriak kecil gue… Semakin cepat saja gerakan dia.


“babe I’ll coming,stop it….” perintah gue… kemudian dia berhenti…”sekarang giliran gue”kata gue…Dia gue suruh terlentang di sova.Kemudian kami melakukan gerakan 96.gue ngemut2 vagina dia,n dia ngepong kontol gue…Ah nikmat banget…Walaupun gue bilang kalo ini giliran gue,gue tetep ga mo rugi dong…hehehe…
Gue isep2 klitoris dia,dia merintih kecil…”ahh….ahh….ouch…”
Dia membalasnya dengan mengemut-emut biji peler gue…”ah…nikmat sekali sayang,terusin-terus…ah”guman gue tak karuan….
“say,dah gak tahan nih,masukin punya kamu ya…please…sekarang…”
“Ok babe…”
Kami mengatur posisi…dia terlentang n kakinya diangkat ke pundak gue…”Wah memek kamu indah banget…” Kemudian gue mengosok2 kepala penis gue di vagina dia.Nikmat banget.”Van ayo dong,jangan bandel,tante ga tahan lagi,cepet…” Dengan perlahan gue masukin kontol gue.Seret n rapet banget ni memek…Nikmat banget…Baru masuk kepala kontol gue, dia dah menggelimang tak karuan.kepala kontol gue kaya dipijit2.Ah nikmatnya…Baru pertama kali gue merasakan memek…Biasanya cuma disepong ama Clara, Intan n Maya. Perlu kalian tau,Mereka mau nyepong asal dikasih duit 100rb.tapi gue ga kehabisan akal…Waktu mereka nyepong gue di kelas gue saat pulsek,gue selalu memoto kegiatan mereka.Jadi,setiap kali gue pengen di sepong,tinggal nunjukin foto itu n ngancem tuk nyebarin, n tentunya dah gue copy ke com gue supaya kalo di apus,masih ada backup nya.


Kembali ke cerita…
Perlahan tapi pasti gue coblos memek dia. Akhirnya mentok juga.perlahan-lahan gue maju mundurin pantat gue…Nikmat banget…lama-lama gue percepat gerakan gue….15 menit kami melakukan gaya ini.kemudian, kami berganti gaya.Giliran gue yang di bawah.Posisi ini membuat kontol gue lebih masuk.Perlahan2 dia menggoyangkan tubuhnya…”Van, kalo mau keluar bilang ya,keluarin di luar aja” Gue mengangguk kecil…Gerakan semakin cepat,pandangan gue tertuju ke tetek dia. Indah sekali. Nafsu gue semakin menjadi2.Kemudian gue merubah posisi.Gue duduk n kami berhadapan.seperti posisi tadi,dia ada di atas (tepatnya dalam pangkuan gue)posisi ini membuat mulut gue bertatapan dengan puting toketnya. Gue kenyot2 susunya,membuat dia semakin gelisah n mendekati klimaks…beberapa saat kemudian dia menjerit kecil n keluarlah cairan bening.Hangat sekali membuat gue semakin bergairah.
Gue beri dia istirahat sebentar,untuk memulihkan tenaga.Kami berciuman dengan liar…Setelah gue rasa cukup,gue mulai melakukan gerakan lagi…setelah 10 menit gue merasa ada yang pengen keluar dari penis gue,gue percepat gerakan gue,n tentunya dengan memeluk dia n mengemut putingnya.Coz gue pengen keluarin di dalem.Gue pengen tau rasanya,coz dah sering keluar di luar(disepong ma jablay2 sekolah).Semakin lama gue percepat.”ah…ah…terus sayang,tante mau keluar lagi…terus isep sayang….terus….ah…ah…ah….Fucking hard….more fast….ah…ah…ah” 5 menit kemudian n disaat yang bersamaan “say,tante keluar…AAAAAHHHHH” Saat itu juga gue menyemburkan peju gue berkali2… Crot….Crot….Crot….Crot….Crot….. masuklah peju gue dalam rahim gue…Dia meronta untuk melepaskan diri,tapi gue tahan sampe peju gue selesai keluar.
Doi yang pasti kaget,karna ga nyaka bakal keluar bareng n di dalem,karna dia ga pengen gue keluarin di dalem,biar g hamil.

Nonton Bioskop


Aku sebenarnya kurang begitu suka film seperti ini namun karena pacarku terus membujuk, akhirnya aku ikut saja. Lagipula aku merasa tidak rugi berada di dalam bioskop selama 3 jam lebih karena memang selama itulah durasi film tersebut.

Setelah duduk di dalam bioskop, kami membuka ‘perbekalan’ kami (berhubung selama 3 jam ke depan kami akan terpaku di depan layar). Aku mengeluarkan popcorn dan minuman yang telah kami beli di luar.
Michael duduk di sebelah kiriku. Dua bangku paling pojok di sebelah kananku masih kosong. Beberapa menit kemudian, trailer film-film sudah mulai diputar. Menjelang film Lord Of The Ring dimulai, seorang pria bersama pacarnya duduk di sebelah kananku. Aku hanya dapat melihatnya samar-samar karena suasana di dalam ruangan itu sangat gelap.
Pria itu duduk tepat di sebelah kananku dan pacarnya di sebelah kanan pria itu. Mereka pun mengeluarkan makanan dan minuman untuk disantap selama film diputar.
Sepuluh menit berlalu setelah film tersebut berjalan. Aku sekilas melihat pria di sebelahku menaruh tangan kirinya di alas lengan di antara kursi kami berdua. Sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan pacarnya.


Ia mengenakan sebuah cincin dengan hiasan batu cincin besar yang sangat mencolok di jari tengah tangan kirinya. Dan di jari manisnya ia mengenakan sebuah cincin yang sangat sederhana. Menurut analisaku pria ini telah menikah. Selain dari cincin yang kuduga adalah cincin pernikahan, aku juga melihat sekilas wajah pria itu.
Kulitnya lebih hitam dari kulitku yang putih (aku dari keturunan chinese). Dari wajahnya aku memperkirakan umurnya sekitar 35-an. Akan tetapi aku tidak sempat melihat wanita yang datang bersamanya (istrinya?). Pikiranku menduga-duga apakah pria ini sedang berselingkuh dengan wanita lain. Namun segera aku tepis pikiran itu dan mengatakan pada diriku sendiri bahwa pria itu sedang bersama istrinya dan tidak perlu aku berprasangka buruk terhadap mereka.
[+/-] tutup/baca lebih jauh…
Aku kembali berkonsentrasi pada film di layar di hadapanku sambil menikmati kudapan. Sesekali Michael juga meraup popcorn yang kupegangi itu. Michael begitu serius menonton. Memang ia sangat menyukai film yang merupakan akhir dari 2 seri sebelumnya. Setengah jam kemudian, semua makanan dan minuman yang kami beli tadi sudah habis.
Boleh dikatakan film itu sangat tegang. Dengan adegan perang yang sangat seru, mataku mau tidak mau terpaku pada layar. Pada satu adegan yang mengejutkan, aku sampai terlonjak dan berteriak. Michael meraih tangan kiriku dan menggenggamnya dengan lembut. Aku pun semakin mendekatkan diri padanya karena memang pada dasarnya aku takut menonton adegan perang.
Dari ujung mataku, aku merasakan pria di sebelahku memandangi kami (atau aku?). Karena pria itu hanya sebentar saja memandangi kami, aku tak menggubrisnya. Akan tetapi makin lama, pria itu semakin sering dan semakin lama memandangi kami. Aku menyempatkan diri untuk melirik ke arahnya dan benar dugaanku bahwa pria itu memang memandangi kami, atau lebih tepatnya ia memandangi aku.
Walau merasa risih, aku memutuskan untuk mengacuhkan pria itu. Untunglah film itu terus menerus mengetengahkan adegan-adegan yang seru sehingga aku dapat dengan mudah melupakan pria itu.
Film telah berlangsung hampir setengahnya. Michael berkata bahwa ia ingin buang air kecil. Dalam gelap, ia meninggalkanku (kebetulan film bukan sedang adegan yang seru).
Setelah Michael hilang dari pandanganku, tiba-tiba pria itu menepuk lenganku dan berkata, “Sudah baca bukunya?”
Aku terlonjak karena kaget tiba-tiba diajak ngobrol seperti itu di tengah pemutaran film. Seingatku aku tidak pernah berbicara dengan orang asing di dalam bioskop (apalagi saat film sedang berlangsung).
Aku mengira-ngira apa yang dimaksud dengan pertanyaan pria itu. Aku rasa ia menanyakan tentang buku Lord Of The Ring 3. Aku menjawab singkat, “Belum.”
Entah mengapa jantungku jadi berdebar kencang. Ada perasaan aneh yang menyelimuti hatiku. Campuran antara kaget, curiga, penasaran dan… takut. Dari awal berbicara denganku, pria itu menatap mataku dalam-dalam seperti sedang membaca pikiran dalam benakku.
“Sayang sekali. Baca dulu deh, baru bisa lebih menikmati filmnya,” pria itu menyanggah dengan suara yang dalam namun pelan.
Setelah itu ia kembali menatap ke depan dan meneruskan menonton. Aku ditinggalkan dalam perasaan yang tidak menentu dan agak kosong. Anehnya aku merasa seperti ingin menangis. Pada saat itulah Michael kembali.
Aku tidak menceritakan kejadian aneh itu kepadanya. Mungkin karena aku tidak ingin mengganggu kenikmatannya menonton film itu. Tapi alasan yang lebih menonjol adalah timbulnya rasa takut untuk menceritakannya kepada pacarku saat itu.
Aku berusaha untuk menonton lagi walau pikiranku terus melayang ke sana kemari. Ketika pikiranku berputar-putar tak tentu arah, tiba-tiba aku merasakan ada yang menyentuh pundak kananku.
Awalnya aku mengira Michael yang menyentuhnya. Tetapi setelah kuperhatikan, ia sama sekali tidak bergerak (ia masih serius memperhatikan layar bioskop).
Aku melihat ke belakangku. Tidak ada apa-apa karena memang kami duduk di baris paling belakang. Aku melihat ke sebelah kananku dan mendapati pria itu sedang menonton dengan asik bersama istrinya.
Setelah lelah mencari-cari, aku kembali menonton. Dalam hati aku masih mencari-cari apa yang menyentuh pundakku itu. Tadi aku benar-benar merasakan sebuah tangan menyentuh pundakku. Aku yakin benar. Namun aku jadi bingung karena tidak melihat adanya orang lain di sekitarku yang mungkin melakukannya.
Kepalaku menjadi pusing dan berputar. Aku merasa mual dan tidak enak badan. Aku menutup mataku untuk menenangkan pikiranku. Beberapa detik kemudian, aku merasakan diriku seperti sedang mengapung di air yang sejuk dan tenang. Semua perasaan tak enak tadi sekonyong-konyong lenyap begitu saja dan digantikan dengan perasaan nyaman dan santai.
Mataku masih terpejam pada saat aku kembali merasakan sebuah tangan menjamah pundak kananku. Aku berusaha untuk tetap tenang. Aku melirik ke pria di kananku. Ia duduk berdempetan dengan istrinya. Pria itu sedang merangkul pundak istrinya.
Kecurigaanku padanya langsung hilang begitu mengetahui ia tidak sedang berada dekat dengan tubuhku. Aku menengok ke Michael dan juga mendapati ia sedang asyik menonton. Dengan adanya perasaan sebuah tangan sedang merangkul pundakku, aku meneruskan menonton sambil mencoba untuk tidak memikirkan hal itu. Usahaku sia-sia.
‘Tangan’ di pundak kananku bergerak-gerak ke atas dan ke bawah seperti sedang mengusap-usap lembut tubuhku. Kemudian aku merasakan ada angin hangat berhembus perlahan meniup bagian kiri leherku.
Aku langsung menengok ke arah datangnya angin itu. Tidak ada apa-apa. Michael sedang duduk melipat tangan di depan dadanya sambil bersilang kaki.
Belum sempat aku berpikir lebih jauh, aku merasakan leherku dijilat. Ya, aku benar-benar merasakan sebuah lidah yang hangat dan basah menyapu leherku itu. Bulu kudukku spontan meremang.
Langsung aku menengok lagi sambil mengusap leherku pada bekas jilatan itu. Kering. Tidak basah sama sekali. Dan tidak ada apa-apa di sampingku.
Michael rupanya agak terganggu dengan kegelisahanku. Dia menanyakan ada apa. Aku tidak memberitahukannya. Aku menyuruhnya untuk kembali menonton.
Michael kembali menonton. Ia menggenggam tangan kiriku dan mendekatkan tubuhnya sehingga lengan kanannya menempel dengan lengan kiriku. Aku masih merasakan pundak kananku dirangkul oleh ‘tangan’ yang tak nampak.
Dalam posisi yang lebih dekat dengan pacarku, aku bisa menjadi lebih tenang. Namun perasaan tenang itu hanya sebentar.
Kuping kiriku dikecup dengan lembut. Aku menengok ke kiri. Tetap saja tidak ada apa-apa selain Michael yang sedang menatap serius layar di depan.
Aku mulai panik. Jangan-jangan ada mahluk halus di dalam bioskop itu, pikirku. Aku merasakan kembali kecupan itu. Mulai dari telingaku lalu bergerak ke bagian belakangnya.
Pada saat kecupan itu menghampiri belakang telingaku, darahku mendesir dengan kuat. Jantungku berdebar. Hanya Michael (dan diriku tentunya) yang tahu bahwa belakang telinga merupakan titik erogenku (erogen = daerah pada tubuh yang sensitif terhadap rangsangan sexual).
Aku melepaskan nafas yang panjang melalui mulutku sambil mengubah posisi duduk. Michael melihat perubahan pada diriku. Tentu ia mengira aku bosan karena setelah itu ia mengusap-usap tanganku yang digenggamnya.
Entah apa yang sedang terjadi pada diriku. Hanya karena Michael mengusap-usapkan jari-jarinya di tanganku, aku menjadi terangsang. Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Walau kami sudah berpacaran lebih dari setahun, aku tidak pernah berbuat jauh selama berpacaran dengan Michael. Tidak pernah melebihi ciuman di kening, pipi dan bibir. Aku tahu sebenarnya diriku tergolong gadis yang tidak tertarik akan hal-hal yang berbau sex, boleh dibilang: frigid.
Baru akhir-akhir ini saja aku mulai melayani Michael dengan tanganku. Pertama kali memegang penisnya, aku merasa risih dan agak jijik. Namun setelah melakukannya dua atau tiga kali, aku dapat mengatasi perasaan tersebut.
Hal yang paling menarik dalam memberi Michael ‘hand-job’ adalah pada saat dirinya berejakulasi. Melihat dirinya mengejang-ngejang sangatlah menarik dan sexy. Juga sebelumnya aku tidak pernah membayangkan seorang pria dapat menyemprotkan cairan seperti itu.
Michael pernah memintaku untuk menghisap kemaluannya. Tentu saja aku tolak. Dan untunglah sampai saat ini ia tidak pernah memintanya lagi.

Michael juga tidak pernah menjamah tubuhku. Sentuhan-sentuhannya paling hanya berkisar pada lengan dan wajahku. Aku tidak akan mengijinkannya menjamah dadaku terlebih lagi kemaluanku, dan ia tahu itu. Aku takut kami tidak dapat mengendalikan diri sehingga akhirnya kami kebobolan. Aku ingin agar hubungan sex kami dilakukan pada malam pertama yang sakral. Singkat kata, kami menerapkan sistem berpacaran yang ketat dan konservatif. Sampai saat ini aku masih perawan dan begitu pula Michael (setidaknya ia mengaku demikian). Michael merupakan pacar pertamaku sedangkan Michael sebelumnya sudah pernah satu kali berpacaran. Jadi saat itu adalah pertama kalinya aku mendapatkan ‘kecupan’ di belakang kuping. Michael pernah menyentuhnya dengan ujung jarinya dan itu saja sudah membuatku berdebar.
Aku tidak dapat berpikir banyak. Biasanya aku dapat mengatasi dorongan sexualku namun saat itu aku seakan jatuh ke dalam aliran sungai birahi yang deras dan hanyut terbawa arusnya.
Jantungku serasa akan mau copot pada saat kecupan itu bergerak turun ke leherku. Aku mengerang sedikit karena saat sadar apa yang kuperbuat, aku segera menghentikan eranganku. Michael tidak mendengar eranganku tadi.
Aku menoleh ke kanan untuk melihat apakah pria itu mendengar eranganku tadi. Rupanya pria itu sedang mencumbu istrinya. Bagus, pikirku. Dengan demikian ia tidak akan melihat atau mendengarkan diriku.
Sebenarnya aku agak risih berada di samping pria yang sedang mencumbu istrinya itu. Walau demikian aku mencuri-curi pandang ke arah pria itu untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Lewat ujung mataku, diam-diam aku memperhatikan sepasang insan yang sedang bercumbu itu.
Pria itu sedang menciumi leher istrinya. Tangan kanannya dirangkulkannya ke pundak istrinya. Istrinya terlihat sangat menikmati.
Saat tangan kiri pria itu memegang lengan kiri istrinya, aku juga merasakan ada sebuah tangan menyentuh bagian atas lengan kiriku. Aku kaget memikirkan kemungkinan yang terjadi saat itu. Tangan kiri pria itu menggenggam erat lengan kanan istrinya. Genggaman pada lengan kananku juga bertambah. Kecurigaanku semakin kuat.
Entah bagaimana, semua perbuatan pria itu pada istrinya juga dirasakan oleh tubuhku. Aku sangat takut. Memikirkan kemungkinan yang dapat terjadi kemudian, jantungku seperti berhenti berdetak.
Perasaan pusing dan berputar itu kembali muncul seiring dengan usahaku untuk ‘membebaskan diri’. Semakin aku berusaha, kepalaku semakin sakit.
Akhirnya aku menyerah dan tidak memberikan perlawanan lagi. Aku membiarkan semua ‘perasaan’ yang muncul saat itu.

Pria itu menarik wajah istrinya mendekat lalu memagut bibirnya. Pagutan mulut pria itu pada istrinya terasa jelas pada bibir mulutku. Setiap sentuhan, tekanan serta usapan bibir dan lidah pria itu semua kurasakan pada bibir dan mulutku. Aku menutup mulutku rapat-rapat namun masih saja merasakan pagutan yang kian memanas.
Aku tahu lidah pria itu sedang bermain-main dengan lidah istrinya karena lidahku pun merasakan sensasi itu. Mendapati diriku menikmati semua itu membuat malu diriku. Aku belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini pada saat berciuman dengan Michael.
Setelah pria itu melepaskan mulutnya dari bibir istrinya, wanita itu tampak terengah-engah. Sialnya, aku pun mengalami hal yang sama. Dadaku naik turun terengah-engah, seperti baru selesai berlari.
Untunglah sampai saat itu, baik pria itu maupun Michael tidak memperhatikan diriku. Lalu pemikiran itu muncul. Jangan-jangan pria di sebelahku itu memang sedang mengguna-gunai aku dengan pelet, hipnotis, guna-guna atau hal-hal lain yang sejenisnya. Jika benar demikian, berarti seharusnya ia tahu apa yang sedang terjadi pada diriku.

Aku teringat perkataan pendetaku di gereja, bahwa orang beriman tidak bisa kena guna-guna atau pelet. Hatiku mencelos. Sudah sekian lama aku tidak beribadah kepada Tuhan. Seharusnya dua minggu lalu, aku menerima ajakan temanku untuk ke gereja bersamanya. Namun aku malah pergi bersenang-senang ke mall.
Penyesalanku menguap dengan cepat pada saat aku merasakan payudaraku ‘dijamah’. Jamahan itu tidak terlalu terasa. Aku melirik ke kanan. Pria itu sedang menggerayangi dada istrinya.
Untungnya aku tidak terlalu merasakan apa-apa pada saat itu. Belum pernah aku disentuh oleh orang lain pada daerah dadaku. Boleh dikatakan saat itu merupakan pertama kalinya aku merasakan sentuhan (walau secara tak langsung) pada payudaraku. Dan rupanya tidak senikmat seperti yang kudengar dari omongan orang.
Akan tetapi aku harus segera meralat pendapatku itu. Pria itu memasukkan tangannya ke dalam kemeja istrinya. Tangannya hilang di balik kemeja tersebut sehingga aku tidak tahu apa yang sedang dilakukannya.
Detik berikutnya sungguh membuatku melambung tinggi. Aku merasakan dengan sangat jelas, jari-jari pria itu memuntir lembut puting susu istrinya. Aku memejamkan mataku sambil mengatur nafasku yang mulai tak teratur karena secara tak langsung aku pun merasakan jemari pria itu menari-nari pada payudara dan puting susuku.

Sejenak aku merasa jijik pada pria itu tetapi setelah beberapa saat perasaan yang tinggal hanyalah birahi semata. Selama ini aku mengira bahwa aku tidak akan pernah menikmati hal-hal sexual seperti ini. Sekarang aku merasakan yang sebaliknya.
Pilinan jari-jari pria itu membuat darahku lebih menggelegak dibanding sensasi dari ciuman di belakang telingaku. Aku tidak pernah menyadari bahwa payudaraku (terutama putingnya) sangat sensitif. Sejak saat itu aku baru tahu bahwa daerah payudara juga merupakan titik erogen pada tubuhku.
Belum sempat aku mengikuti pacu detak jantungku, aku merasakan pria itu menyentuh bagian dalam paha istrinya. Kemudian pria itu mengusap kemaluan istrinya. Usapannya terasa seperti terhalang sesuatu (yang akhirnya kutahu bahwa ia mengusap kemaluan istrinya yang masih tertutup celana dalam).
Aku membuka mataku dan menoleh sedikit ke arah pria itu untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Dengan tangan kanannya, ia memain-mainkan payudara istrinya dan tangan kirinya merogoh selangkangan istrinya. Saat itulah aku dapat dengan lebih jelas melihat istrinya.
Wanita itu sangat cantik (jauh lebih cantik dariku). Bila ia mengaku dirinya artis dengan mudah aku akan percaya. Kulitnya sedikit lebih putih dibanding suaminya namun masih lebih gelap dari kulitku. Rambutnya panjang agak ikal. Dari wajahnya ia terlihat begitu menikmati sentuhan-sentuhan suaminya (yang secara tak langsung juga kunikmati). Ia mengenakan kemeja yang sudah terbuka kancing-kancingnya dan memakai rok pendek.

Kemudian dari balik celana jeans yang kukenakan saat itu, aku merasakan sebuah jari (yang sangat panjang) mengusap sekujur bibir kemaluanku. Usapan itu terasa begitu panjang dan lama. Aku sempat menggigil karena terjangan sensasi yang menghambur dari selangkanganku menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh.
Tanpa pikir panjang, aku langsung berdiri dan berlari meninggalkan bioskop itu. Aku tidak mengatakan apa-apa pada Michael. Lagipula ia sedang asik menonton (waktu itu sedang adegan perang yang terakhir).
Aku melompati dua anak tangga sekaligus untuk keluar dari ruangan itu. Aku bergegas menuju WC berharap semua sensasi pada tubuhku dapat hilang seiring dengan menjauhnya diriku dengan pria itu. Dugaanku salah.
Sepanjang jalan menuju WC, aku terus merasakan pria itu mengoles-oles jarinya di sepanjang bibir kemaluan istrinya. Sedikit demi sedikit jarinya semakin masuk lebih dalam. Cukup sudah, pikirku. Hentikan! Aku tak tahan lagi terhadap gemuruh birahi dalam tubuhku.
Aku merasa liang kewanitaanku menjadi agak basah. Aku hampir tidak pernah ‘basah’ di bawah sana bahkan pada saat sedang berciuman dengan Michael. Paling sesekali aku menjadi ‘basah’ pada saat sedang memberikan ‘hand-job’ pada Michael.

Pintu WC kubuka dan aku lega karena tidak ada orang di dalamnya. Aku masuk ke salah satu ruang toilet dan segera menguncinya. Pada saat itulah aku tersentak karena kaget dan sedikit sakit. Pria itu memasukkan jarinya ke dalam vagina istrinya. Aku merasa jari itu begitu besar dan panjang seakan menyentuh ujung rahimku. Untuk sesaat jari itu tidak bergerak di dalam vagina istrinya. Bukan hanya jari itu yang tidak bergerak, tubuhku juga tidak bergerak karena shock.
Aku merasakan jari pria itu jelas-jelas menembus liang kewanitaanku yang berarti selaput daraku sudah sobek. Setelah dapat menguasai diriku kembali, aku segera membuka celana jeansku untuk melihat apakah ada darah yang keluar dari kemaluanku. Tidak ada. Tidak ada bercak merah pada celana dalamku. Yang ada hanya cairan bening (agak putih) yang keluar dari kemaluanku sebagai pelumas.
Tak lama setelah itu, secara perlahan ia menggerak-gerakkan ujung jarinya seperti sedang mengorek-ngorek. Kakiku menjadi lemas seakan berubah menjadi agar-agar. Aku segera duduk di closet untuk menenangkan diri.
Nafasku semakin memburu. Desahan demi desahan keluar dari mulutku seiring dengan gerakan ujung jari itu. Seluruh tubuhku terasa panas dan gerah.
Gerakan jari pria itu sekarang berubah menjadi gerakan maju dan mundur. Gerakannya sangat pelan namun sensasi gesekan kulit jari pria yang besar itu terasa begitu jelas pada dinding vaginaku. Seakan jari pria itu benar-benar maju mundur dalam diriku.
Bersamaan dengan itu, aku mendengar pintu WC dibuka dan terdengar seseorang masuk. Aku menutup kuat-kuat mulutku sendiri dengan kedua tanganku. Aku tidak ingin orang lain mendengar aku mendesah-desah di dalam toilet.


Sulit sekali menghiraukan rangsangan yang begitu hebat yang melanda tubuhku saat itu. Aku berkali-kali harus menggigit bibir bawahku agar tidak bersuara.
Pria itu sedikit mempercepat gerakan jarinya namun semakin lama hujaman jarinya itu terasa semakin mendalam. Pintu WC kembali dibuka. Aku masih menekap mulutku dengan kedua tanganku sambil mendengar apakah benar orang yang tadi masuk sudah keluar (atau jangan-jangan ada orang lain lagi yang masuk ke WC).
Setelah memastikan tidak ada orang lain di dalam WC, aku melepaskan kedua tanganku dari atas mulutku dan kembali ‘bersuara’. Rupanya pria itu sudah tidak memain-mainkan payudara istrinya karena aku baru saja merasakan tangan yang satunya memilin klitoris istrinya. Saat itu pula aku mengerang keras (aku tak peduli lagi apakah ada yang mendengar).

Luar biasa! Benar-benar luar biasa! Aku bergetar karena terangsang dan juga malu karena menikmati semua itu. Jika aku tidak berkeinginan kuat untuk memegang komitmen menjaga keperawananku sampai menikah, aku benar-benar ingin mencoba berhubungan sex dengan Michael setelah ini.
Pria itu menghujamkan jarinya dalam-dalam dan diam tidak bergerak. Lalu ujung jarinya bergetar-getar kecil. Wow, aku benar-benar dibawa melambung semakin tinggi. Lalu seperti tiba-tiba, pria itu mengeluarkan jarinya. Dalam hatiku berkecamuk perasaan antara lega dan kesal karena semua itu kelihatannya sudah berakhir.
Aku terdiam. Dorongan sexual masih berkobar dalam diriku. Namun aku terus berusaha untuk menurunkan tekanan dalam diriku itu. Lima menit aku seperti terkulai lemas tak berdaya duduk di closet sambil mengejap-ngejapkan mataku dan mengatur nafasku yang menderu-deru.
Pada saat aku masuk ke bioskop kembali ke tempat dudukku, aku hampir tak berani menatap pria itu. Dari ujung mataku aku merasa ia memandangi aku dengan senyum penuh kemenangan. Segera aku duduk dan memeluk lengan pacarku.

Dua puluh menit kemudian film berakhir. Aku mengajak Michael untuk segera meninggalkan ruangan itu sehingga tidak perlu bertatapan dengan pria di sebelahku. Michael menurut saja.
Akhirnya kami bergabung dengan gerombolan orang-orang yang berdesakan ingin segera keluar dari bioskop. Pria itu dan istrinya tidak beranjak dari tempat duduknya. Betapa leganya aku mengetahui semuanya itu sudah berakhir.
Namun sekali lagi aku salah. Setelah keluar dari ruangan itu, kami tidak langsung pulang (walau sudah malam). Kami berjalan-jalan di mall. Kebetulan aku hendak membeli kemeja untuk kerja (maklum aku baru kerja satu bulan).
Sekitar satu jam setelah keluar dari bioskop, selagi kami berjalan-jalan di R*** (departemen store), tiba-tiba aku mulai merasakan sensasi seperti tadi di dalam bioskop. Payudaraku terasa seperti diremas-remas. Kali ini remasan itu terasa pada kedua payudaraku.
Hatiku mencelos dan berpikir jangan-jangan pria itu kembali bercumbu dengan istrinya. Namun kali ini ia melakukannya tanpa ‘foreplay’ terlebih dahulu.
Hanya selang beberapa menit aku kembali dikuasai oleh birahiku yang meletup-letup. Michael yang kugandeng sedari tadi belum menyadari perubahan pada diriku.
Namun pada saat aku merasakan jari pria itu menyentuh kemaluan istrinya, aku terdiam dan berdiri tegang. Michael tersentak karena aku berhenti secara tiba-tiba. Ia menanyakan ada apa. Aku belum bisa menjawabnya. Mulutku kelu dan hatiku berdebar keras. Aku hanya dapat berharap ia tidak mendengar dentum jantungku.

Sepuluh detik kemudian aku memberi alasan bahwa aku teringat akan suatu hal namun sudah lupa lagi saat itu. Michael tampaknya mempercayainya.
Jari pria itu secara perlahan membuka mulut bibir vagina istrinya, aku dapat merasakan tiap sentuhannya. Dengan sangat amat perlahan jari itu menembus masuk ke dalam liang kewanitaannya. Aku harus berpegangan erat pada rak (tempat digelarnya baju-baju obral) agar tidak jatuh. Michael masih tidak memperhatikanku.
Jari itu terasa begitu besar bahkan terasa lebih sakit dari saat jarinya pertama kali menembus vaginanya tadi di bioskop. Tiba-tiba aku baru menyadari bahwa yang masuk ke dalam liang kewanitaannya itu bukanlah jari melainkan penis.
Memikirkan hal itu membuat jantungku seperti dihempas dari atas gedung lantai 10. Seperti inikah rasanya bila penis seorang pria menerobos masuk ke dalam diriku. Sakit. Otot-otot vaginaku terasa seperti akan robek.
Detik-detik berikutnya sama sekali tidak dapat kuduga bahwa ada sensasi yang begitu nikmat dalam hidup. Pria itu menggerak-gerakkan penisnya maju mundur. Bersamaan dengan itu, ia memain-mainkan klitoris istrinya.
Serta merta lututku langsung terasa hampa dan aku terpuruk jatuh ke lantai seperti boneka tali yang diputuskan tali penyangganya. Michael panik melihat diriku yang terjatuh itu, namun tidak sepanik diriku. Beberapa orang di sekitar kami, memandangi aku dengan pandangan bingung.
Aku berusaha bangun tapi sensasi kenikmatan itu terus menghantam diriku bertubi-tubi sehingga semua usahaku sia-sia. Rasa takut dan malu mulai menyelimuti hatiku. Jangan sampai orang-orang itu tahu apa yang sedang terjadi. Oh Tuhan, apa yang sedang terjadi pada diriku, aku membatin.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku mulai berdoa, meminta ampun pada Tuhan dan mohon pertolonganNya. Sekejap mata semua sensasi itu lenyap musnah.
Michael sudah berhasil memapah aku untuk berdiri. Aku juga sudah dapat menguasai diri lagi. Sebelum sempat ia bertanya, aku memberi alasan bahwa aku kurang enak badan dan minta segera diantar pulang.
Sesampai di rumah Michael kusuruh segera pulang (karena sudah larut malam). Aku segera masuk ke dalam kamar dan bersiap tidur. Aku kembali memikirkan apa yang terjadi tadi. Malam itu aku mendapat pengalaman yang benar-benar tak dapat kulupakan.


Aku tahu aku masih perawan (secara fisik) namun secara batiniah aku merasa keperawananku telah direnggut oleh pria itu. Walaupun begitu aku bersyukur tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk tadi. Aku juga berjanji untuk lebih mempertebal imanku sehingga tidak mudah diguna-guna oleh orang lain.
Anehnya terlintas sekelebat di benakku agar dapat merasakan kembali apa yang telah aku rasakan di mall tadi. Apa ruginya, pikirku. Selaput daraku masih utuh namun aku dapat merasakan nikmatnya berhubungan sex dengan pria. Namun mengingat janjiku kepada Tuhan barusan, aku membuang jauh-jauh pikiran itu.
Sekarang aku tidak lagi menilai diriku sebagai wanita frigid. Aku merasa nyaman dengan sexualitas diriku dan kini aku lebih terbuka akan hal-hal yang berbau sex. Tetapi aku tetap saja menerapkan sistem berpacaran yang ketat dan konvensional pada Michael, pacarku.
Sampai saat ini pun, aku tidak menceritakan pengalamanku itu kepada Michael. Ada hal-hal yang lebih baik dibiarkan tak diucapkan, menurutku.

ML Dengan Asistenku

Aku memiliki seorang asisten supervisor perempuan yang masih berusia 20 tahun. Namanya Ati Rohaeti. Gadis berkerudung yang cukup pintar dan rajin bekerja. Selama bekerja dengan asistenKu itu, Aku sering memperhatikan tingkah laku dan keadaan asistenKu. Ati tinggal di sebuah rumah kontrakan di sekitar pabrik. Gadis itu tinggal sendiri di rumah kontrakan tersebut. Kalau boleh dibilang, Ati cukup berani untuk tinggal sendirian, padahal rumah kontrakannya berada di daerah yang sepi dengan jarak antar rumah cukup jauh. Terlebih-lebih bilamana saat kerja siang hari, Ati baru sampai di rumah kontrakannya jam 11 malam, disaat suasana sangat sepi.


Malam itu, setelah pulang kerja Aku sengaja menunggu di pabrik sampai agak sepi. Aku berencana akan pergi ke rumah kontrakannya Ati secara mendadak dengan alasan ada sesuatu yang urgent. Aku berfikir Ati tak akan menolak. Aku berencana akan memaksa gadis itu untuk melayani nafsu sexsKu dan kalaupun gadis itu berontak Aku sudah berencana akan memperkosa gadis itu.
Sekitar jam 11.30 malam Aku mulai bergerak menuju arah rumah kontrakan Ati. Ati saat itu memang sudah berada di rumahnya. Setelah melihat sekeliling dan merasa keadaan sepi. Aku mulai memasuki pagar rumah dan mengetuk pintu.


” Tok.. tok.tok…” Aku mulai mengetuk pintu.
Pintu terbuka, dan alangkah kagetnya Ati melihat kedatanganKu secara tiba-tiba. Untung gadis itu telah selesai mandi dan masih menggunakan kerudungnya.
” Eh. Bapak.. Ati sampai kaget… Ada apa yach malam-malam kesini ?” Ati bertanya.
” Nggak, Ti. Saya ada keperluan sebentar. Soalnya ini urgent. Dan harus selesai besok pagi. Kira-kira kamu nggak keberatan kan kalau saya berbicara sebentar dengan Ati !” Aku menjawab dengan tenang.
” Nggak apa-apa Pak, tapi jangan lama-lama. Soalnya udah malam entar nggak enak sama orang-lain, ya Pak yach…!”
” Iya, cuman sebentar ko. Paling 10 menit…Ok..!” JawabKu
Ati mempersilahkan Aku untuk masuk. Begitu masuk ke dalam Aku memperhatikan sekeliling rumah itu. Ati mempersilahkan Aku duduk di karpet.
” Sebentar Pak, Ati ke belakang dulu…!”Ati berkata
” Iya tapi nggak usah repot-repot, Saya khan cuman sebentar ko.!” Aku menimpali.
Ketika Ati berbalik, Aku memperhatikan gadis itu dari belakang. Saat itu Ati mungkin lupa belum memakai Underwear sehingga dari balik cahaya Aku melihat lekuk-lekuk kaki gadis itu mulai dari betis sampai pinggangnya. Aku semakin melotot ketika ternyata gadis itu memakai celana dalam merah jambu yang jelas-jelas cukup terlihat jelas di mataKu. Batang kemaluanKu menjadi tiba-tiba membesar dan nafsu birahiKu semakin meningkat.

Aku bergerak kearah pintu dan pelan-pelan mengunci pintu itu dan memasukkan kuncinya ke dalam celanaKu. Akupun mulai bergerak kearah dapur secara perlahan-lahan agar tak terdengar oleh gadis itu. Memasuki dapur Aku melihat Ati sedang mempersiapkan minum untukKu. Pelan-pelan Aku dekati Ati dari arah belakang dan secara tiba-tiba Aku pukul pundak Gadis itu. Karena dipukul tiba-tiba Ati tidak dapat menghindar dan jatuh tak sadarkan diri. Cepat-cepat Aku merangkul gadis itu agar tak jatuh.
Dengan sigap Kupangku gadis itu ke kamar dan merebahkan Ati yang sudah pingsan di atas kasur tanpa dipan. Setelah itu Aku kedapur dan minum minuman yang mau disuguhkan kepadaKu dan kembali ke kamar. Sambil mengatur nafasKu yang ngos-ngosan karena sudah tidak tahan. Tangan kananKu bergerak meraba Payudara gadis itu. Mulanya pelan-pelan tapi lama kelamaan semakin keras, bahkan kedua tanganKu dengan ganas meremas-remas payudara Ati yang kalau terlentang kelihatan rata.


Saking keenakannya meremas Payudara Ati Aku lupa dengan waktu yang sudah menunjukkan jam 12 malam. Karena takut gadis itu terbangun dari pingsannya. Cepat-cepat Aku mengambil tali plastic yang memang sudah Kupersiapkan. Aku pun mengikat tangan dan kaki Ati serta menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalam Ati yang ada di lemari. Tiba-tiba Ati terbangun dan membuka mata.
” eeeh…eh…” Erangnya merasakan sakit akibat pukulanKu.


Ati kaget karena dia tak dapat berbicara sedangkan kedua tangan dan kakinya terikat. Dan lebih kaget lagi ketika di hadapannya melihat Atasannya tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan Ati yang tak berdaya.
” Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan sombong. Jadi aja kepaksa Saya kerjain deh.?” Aku berbicara.
” Kepaksa, malam ini kamu harus bisa memuaskan Aku, Atasanmu.”..
Ati semakin takut karena dia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Dia akan diperkosa oleh atasannya sendiri. Dia hanya menangis tanpa suara yang jelas karena mulutnya disumbat. Dan tiba-tiba dihadapan Ati, Aku mulai membuka pakaianKu hingga telanjang. Batang kemaluanKu sudah berdiri sejak Aku masuk ke rumah Ati. Ati hanya bias menutup mata tak mau melihat pemandangan di depannya.
Aku bergerak mendekati Ati dan membuka sumpalan pada mulut Ati. Belum sempat berteriak, mulut Ati tiba-tiba Kusumpali dengan batang kemaluanKu yang sudah menegang dan membuat Gadis itu tersedak. Tapi tak bisa berbuat apa-apa karena Aku memegang kepala gadis itu. Rasa mual membuat Ati hampir muntah dan berusaha melepaskan kemaluanKu di mulutnya. Aku gerak-gerakkan kontolKu di mulut gadis itu. Selama sepuluh menit Aku jejali mulut gadis itu dengan batang kemaluanKu. Dan tiba-tiba Kukeluarkan kemaluanKu dari mulut gadis itu. Ati mencoba berteriak tapi Aku cepat-cepat membekap mulut Ati dan berkata.
” Diem lu, jangan berteriak atau Saya bunuh kamu?”


Sambil menempelkan pisau dapur yang kebetulan ada di meja. Ati terdiam karena takut ancamanKu. Dan hanya bisa menangis sampai gadis itu kelelahan dan lemas. Melihat Ati tak berdaya. Aku membuka ikatan pada gadis itu. Dan tanpa perlawanan yang berarti Aku buka pakaian Ati satu persatu hingg tubuh Ati telanjang bulat. Aku hanya meninggalkan kerudung kepala gadis itu di kepalanya. Tubuh polos Ati di mataKu terlihat sangat indah. Tak henti-hentinya Aku melihat dan berguman.
” Tubuh indah…. Indah sekali…. baru kali ini Aku melihat tubuh seindah ini !”
Di hadapanKu Ati hanya menangis pelan karena keadaan tubuhnya telah lemah. Gadis itu memang terlihat lucu dengan kerudungnya. Dan Aku sangat suka melihat tubuh telanjang Ati dengan kepala yang masih memakai kerudung, membuatKu semakin terangsang.
” Gile Ti, memekmu itu lo….bulunya tipis tapi waduh…..?” gumamKu
Aku bergerak dan melangkahi Ati dengan kedua kakiKu berada di atas badan Ati. Kududuki perut Ati dan tiba-tiba kedua tanganKu meremas-remas Payudara gadis itu. Ati menjerit-jerit ketika Aku memijat-mijat putting susunya. Melihat Ati berteriak, cepat-cepat Aku membekap dan berkata, “Lu bias diem ngga…!?”.
Ati terdiam takut akan ancamanKu. Aku berdiri dan bergerak ke ruang tamu. Aku mengambil sesuatu dari kantongKu. Sebuah kamera digital.


” Sekarang Ati harus difoto dulu yach buat kenang-kenangan..”.
Aku mulai memoto Ati yang sudah telanjang dari berbagai posisi.
Selesai itu Aku menyimpan kembali kameranya. Mungkin sekitar 50 foto Kujeppret. RencanaKu foto itu akan kugunakan untuk menakut-nakuti gadis itu dan sebagai koleksi spesialku.
Aku mulai mendekati Ati kembali. Batang kemaluanKu sudah mengecil
karena kelamaan.
” Sekarang, Lu harus nyobain kontolKu ini…pasti nikmat.?” Aku berkata.
” jangaaaaaan pak…jangaaaaaaaan ? Ati memelas.
Tapi Aku tak peduli dengan ucapan gadis itu. Dan setelah jongkok di kasur depan Ati, Aku angkat paha Ati dan melebarkannya. KepalaKu menunduk memperhatikan memek Ati yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. KepalaKu bergerak dan mulutKu mulai menjilati memek gadis itu. Ati terengah-engah merasakan kemaluannya ada yang menjilati. Hanya suara erangan gadis itu saja yang terdengar. Sementara mulutKu menjilati memek Ati, tanganKu bergerak ke atas dan memijat-mijat payudara Ati serta mempermainkan putting susu gadis itu.. Ati menggeliat antara sakit, geli dan takut.
Tiba-tiba Ati mengangkat pinggulnya dan melemah. Rupanya Gadis itu telah orgasme. Dari vagina gadis itu keluar cairan. Ketika melihat bibir vagina gadis itu telah basah, cepat-cepat Aku arahkan kontolKu yang udah menegang dan mendekatkannya ke liang vagina gadis itu. Sambil memegang pinggul gadis itu, Aku menggerakkan pinggulKu, dan ” hup…”


Walaupun dengan susah payah akhirnya kontolKu masuk amblas ke dalam lubang memek Ati.
Ati menjerit kesakitan. Kurasakan KontolKu hangat dan serasa ada yang memijat-mijat. Aku mulai mengerakkan kontolKu maju mundur. TanganKu memegang pundak gadis itu sedang mulutKu menciumi putting susu Gadis itu. Ati mendesah-desah, membuatKu semakin bergairah dan kuganti permainanKu. Kubalikkan tubuh Ati. Dan memposisikan tubuh telanjang gadis itu seperti Anjing. Dari arah belakang kembali Kuhujamkan kontolKu ke liang memek gadis itu. GerakanKu semakin cepat.
Kedua tanganKu semakin kasar meremas-remas susu gadis itu. Ati semakin mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Aku tak peduli. Terus saja Aku maju mundurkan pinggulnya dengan cepat. Sampai akhirnya tubuhKu mengejang dan menyemprotkan spermaKu di vagina gadis itu. Setelah diam beberapa saat membiarkan kontolKu tertanam di lubang vagina Ati. Aku lepaskan kontolKu dan membalikkan tubuh Ati serta mengangkat kepala gadis itu serta memaksa Ati menjilati kontolKu yang masih basah oleh sperma dan darah. Setelah selesai dan merasa puas, Aku mengenakan kembali pakaianKu. Membiarkan tubuh Ati telanjang lemas. Setelah itu Aku bergerak mendekati Ati yang masih terisak-isak.
” Udah dulu yach, lain kali lagi aja..”
” Awas jangan bilang siapa-siapa atau fotomu ini akan aku sebarkan di pabrik.. Biar orang lain tahu tubuh kamu yang indah ini..”
” Jadi diam dan jangan beritahu orang lain. ”
Merasa Ati tak akan melawan. Sebelum meninggalkan gadis itu Kukecup bibir gadis itu. Dan berkata.
” Aku pulang dulu sayang dan terima kasih, lain kali Aku datang lagi he.he.he…”
Aku pergi meninggalkan Ati yang tetap menangis. Kira-kira, selama satu tahun bekerja di pabrik itu, Aku selalu memaksa Ati melakukan hubungan sex denganKu selama 25 kali. Sampai akhirnya Aku keluar dari perusahaan itu.

Anak SMP

Saya jelaskan saja perihal kedua orang itu sebelumnya. Dedy adalah teman kuliahku dan dia seorang yang rajin dan ulet termasuk dalam hal berbisnis walaupun dia masih kuliah. Gunawan adalah teman kenalannya yang juga seorang anak mantan pejabat tinggi yang kaya raya ( saya tidak tahu apakah kekayaan orang tuanya halal atau hasil korupsi ! ).
Gadis SMP Itu Bernama Elvina, Namaku Chepy, 22 tahun, mahasiswa di sebuah universitas swasta ternama di Jakarta.
Kisahku ini adalah kejadian nyata tanpa aku rekayasa sedikitpun !. Kisahku bermula setahun yang lalu ketika temanku ( Dedy ) mengajakku menemaninya transaski dengan temannya ( Gunawan ).Cerita sex Setahun yang lalu Gunawan menawarkan beberapa koleksi lukisan dan patung ( Gunawan sudah mengetahui perihal bisnis Dedy sebelumnya ) milik orang tuanya kepada Dedy, koleksi lukisan dan patung tersebut berusia tua. Dedy tertarik tapi dia membutuhkan kendaraan saya karena kendaraannya sedang dipakai untuk mengangkut lemari ke Bintaro, oleh karena itu Dedy mengajak saya ikut dan saya pun setuju saja. Perlu saya jelaskan sebelumnya, Gunawan menjual koleksi lukisan dan patung tersebut, oleh Dedy diperkirakan karena Gunawan seorang pecandu putaw dan membutuhkan uang tambahan.
Keesokan harinya ( hari Minggu ), saya dan Dedy berangkat menuju rumah Gunawan di kawasan Depok. Setelah sampai di depan pintu gerbang 2 orang satpam berjalan ke arah kami dan menanyakan maksud kedatangan kami. Setelah kami jelaskan, mereka mengijinkan kami masuk dan mereka menghubungi Gunawan melalui telepon. Saya memarkir kendaraan saya dan saya mengagumi halaman dan rumah Gunawan yang amat luas dan indah,
“ Betapa kayanya orang tua Gunawan” bisik dalam hatiku. Kami harus menunggu sebentar karena Gunawan sedang makan.
Sambil menunggu, kami berbicara dengan satpam. Dalam pembicaraan itu, seorang satpam menceritakan kalau Gunawan itu seorang playboy dan suka membawa wanita malam-malam ke rumahnya ketika orang tuanya sedang pergi. Setelah menunggu selang 10 menit, akhirnya Gunawan datang ( saya yang baru pertama kali melihatnya harus mengakui bahwa Gunawan memiliki wajah yang amat rupawan, walau saya pun seorang lelaki dan bukan seorang homo!Dedy memperkenalkan saya dengan Gunawan. Setelah itu Gunawan mengajak Dedy masuk ke rumah untuk melihat patung dan lukisan yang akan dijualnya.
Saya bingung apakah saya harus mengikuti mereka atau tetap duduk di pos satpam. Setelah mereka berjalan sekitar 15 meter dari saya, seorang satpam mengatakan sebaiknya kamu ( saya ) ikut mereka saja daripada bosan menunggu di sini ( pos satpam ). Saya pun berjalan menuju rumahnya. Ketika saya masuk , saya tidak melihat mereka lagi. Saya hanya melihat sebuah ruangan yang luas sekali dengan sebuah tangga dan beberapa pintu ruangan. Saya bingung apakah saya sebaiknya naik ke tangga atau mengitari ruangan tersebut sebenarnya bisa saja saya teriak memanggil nama Dedy atau Gunawan tapi tindakan itu sangat tidak sopan ! Akhirnya saya memutuskan untuk mengitari ruangan tersebut dengan harapan dapat menemui mereka. Setelah saya mengitari, saya tetap tidak dapat menemukan mereka. Tapi saya melihat sebuah pintu kamar yang pintunya sedikit terbuka. Saya mengira mungkin saja mereka berada di dalam kamar tersebut. Lalu saya membuka sedikit demi sedikit pintu itu dan betapa terkejutnya saya ketika saya melihat seorang anak perempuan sedang tertidur dengan daster yang tipis dan hanya menutupi bagian atas dan bagian selangkangannya, saya bingung harus bagaimana !
Dasar otak saya yang sudah kotor melihat pemandangan paha yang indah, akhirnya saya masuk ke dalam kamar tersebut dan menutup pintu itu. Saya melihat sekeliling kamar itu, kamar yang luas dan indah, beberapa helai pakaian SLTP berserakan di tempat tidur, dan foto anak tersebut dengan Gunawan dan seorang lelaki tua dan wanita tua ( mungkin foto orang tuanya ). Anak perempuan yang sangat cantik, manis dan kuning langsat ! lalu saya melangkah lebih dekat lagi, saya melihat beberapa buku pelajaran sekolah dan tulisan namanya : Elvina kelas 1 C. Masih kelas 1 ! berarti usianya baru antara 11-12 tahun. Lalu saya memfokuskan penglihatan saya ke arah pahanya yang kuning langsat dan indah itu !.
ngin rasanya menjamah paha tersebut tapi saya ragu dan takut. Saya menaikkan pandangan saya ke arah dadanya dan melihat cetakan pentil susu di helai dasternya itu. Dadanya masih kecil dan ranum dan saya tahu dia pasti tidak memakai pakaian dalam ( BH atau kutang ) di balik dasternya itu !.
Wajahnya sangat imut, cantik dan manis ! Akhirnya saya memberanikan diri meraba pahanya dan mengelusnya, astaga….mulus sekali ! Lalu saya menaikkan sedikit lagi dasternya dan terlihatlah sebuah celana dalam ( CD ) warna putih. Saya meraba CD anak itu dan menarik sedikit karet CDnya , lalu saya mengintip ke dalam,….
Astaga ! tidak ada bulunya ! Jantung saya berdetak kencang sekali dan keringat dingin mengalir deras dari tubuh saya. Lalu saya mencium Cdnya, tidak ada bau yang tercium. Lalu saya menarik sedikit lagi dasternya ke atas dan terlihatlah perut dan pinggul yang ramping padat dan mulus sekali tanpa ada kotoran di pusarnya ! Luar biasa !
Otak porno saya pun sangat kreatif juga, saya memberanikan diri untuk menarik perlahan-lahan tali dasternya itu, sedikit-seditkit terlihatlah sebagian dadanya yang mulus dan putih ! ingin rasanya langsung memenggangnya, tapi saya bersabar, lalu saya menarik lagi tali dasternya ke bawah dan akhirnya terlihatlah pentil Elvina yang bewarna kuning kecoklatan ! Jantung saya kali ini terasa berhenti ! Sayapun merasa tubuh saya menjadi kaku. Jari sayapun mencolek pentilnya dan memencet dengan lembut payudaranya. Saya melakukankan dengan lembut, perlahan dan sedikit lama juga, sementara Elvina sendiri masih tertidur pulas. Setelah puas, saya menjilat dan mengulum pentilnya, terasa tawar.
Dasar otakku yang sudah gila, saya pun nekat menarik seluruh dasternya perlahan kearah bawah sampai lepas, sehingga Elvina kini hanya mengenakan celana dalam ( CD ) saja ! Saya memandangi tubuh Elvina dengan penuh rasa kagum. Tiba-tiba Elvina sedikit bergerak, saya kira ia terbangun, ternyata tidak, mungkin sedang mimpi saja. Saya mengelus tubuh Elvina dari atas hingga pusar/perut. Puas mengelus-elus, saya ingin menikmati lebih dari itu ! Saya menarik perlahan-lahan CD Elvina ke arah bawah hingga lepas. Kini Elvina telah telanjang bulat ! Betapa indahnya tubuh Elvina ini , gadis kelas 1 SLTP yang amat manis, imut dan cantik dengan buah dada yang kecil dan ranum serta vaginanya yang belum ada bulunya sehelaipun !
Lalu saya mengelus bibir vaginanya yang mulus dan lembek dan sayapun menciumnya. Terasa bau yang khas dari vaginanya itu ! Dengan kedua jari telunjuk saya, saya membuka bibir vaginanya dengan perlahan-lahan , terlihat dalamnya bewarna kemerah –merahan dengan daging di atasnya . Saya menjulurkan lidah saya ke arah vaginanya dan menjilat-jilat vaginanya itu. Saya deg-degan juga melakukan adegan itu. Saya tahu tindakan saya bisa ketahuan olehnya tapi kejadian ini sulit sekali untuk dilewatkan begitu saja ! Benar dugaan saya !
Pada saat saya sedang asyiknya menjilat vaginanya, Elvina terbangun ! Saya pun terkejut setengah mati ! Untung Elvina tidak teriak tapi hanya menutup buah-dadanya dan vaginanya dengan kedua tangannya. Mukanya kelihatan takut juga. Elvina lalu berkata
“ Siapa kamu, apa yang ingin kamu lakukan ?”. Saya langsung berpikir keras untuk keluar dari kesulitan ini !
Lalu saya mengatakan kepada Elvina: “ Elvina, saya melakukan ini karena Gunawan yang mengijinkannya !”, kataku yang berbohong. Elvina kelihatan tidak percaya lalu berkata
“Tidak mungkin, Gunawan kakakku !”. Pandai juga dia ! Tapi saya tidak menyerah begitu saja.
Saya mengatakan lagi “ Elvina, saya tahu Gunawan kakakmu tapi dia punya hutang yang amat besar pada saya, apakah kamu tega melihat kakakmu terlibat hutang yang amat besar ? Apakah kamu tidak kasihan pada Gunawan ?, kalau dia tidak melunasi hutangnya, dia bisa dipenjara ” kataku sambil berbohong . Elvina terdiam sejenak.
Saya berusaha menenangkan Elvina sambil mengelus rambutnya. Elvina tetap terdiam. Sayapun dengan lembut menarik tangannya yang menutupi kedua buah dadanya. Dia kelihatannya pasrah saja dan membiarkan tangannya ditarik oleh saya. Terlihat lagi kedua buah dadanya yang indah dan ranum itu ! Saya mencium pipinya dan berkata
“Saya akan selalu mencintaimu, percayalah !”. Saya merebahkan tubuhnya dan menarik tangannya yang lain yang menutupi vaginanya. Akhirnya dia menyerah dan pasrah saja terhadap saya. Saya tersenyum dalam hati. Saya langsung buru-buru membuka seluruh pakaian saya untuk segera menuntaskan “ tugas “ ini ( maklum saja, kalau terlalu lama, transaksi Gunawan dengan Dedy selesai, sayapun bisa ketahuan, ujung-ujungnya saya bisa saja terbunuh ! ).
Saya langsung mencium mulut Elvina dengan rakus. Elvina kelihatannya belum pernah ciuman sebelumnya karena dia masih kaku. Lalu saya mencium lehernya dan turun ke arah buah dadanya. Saya menyedot kedua buah dadanya dengan kencang dan rakus dan meremas-remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat, Elvina kelihatannya kesakitan juga dengan remasan saya itu, Sayapun menarik-narik kedua pentilnya dengan kuat !
“Sakit kak “ kata Elvina. Saya tidak lagi mendengar rintihan Elvina. Saya mengulum dan menggigit pentil Elvina lagi sambil tangan kanan saya meremas kuat pantat Elvina. Setelah puas, saya membalikkan badan Elvina sehingga Elvina tengkurap.
Saya jilat seluruh punggung Elvina sampai ke pantatnya. Saya remas pantat Elvina kuat-kuat dan saya buka pantatnya hingga terlihat anusnya yang bersih dan indah. Saya jilat anus Elvina, terasa asin sedikit ! Dengan jari telunjuk saya, saya tusuk-tusuk anusnya, Elvina kelihatan merintih atas tindakan saya itu. Saya angkat pantat Elvina, saya remas bagian vagina Elvina sambil ia nungging ( posisi saya di belakang Elvina ). Elvina sudah seperti boneka mainan saya saja !. Setelah puas , saya balikkan lagi tubuh Elvina sehingga ia terlentang, saya naik ke atas kepala Elvina dan menyodorkan penis saya ke mulut Elvina.
“ Jilat dan kulum !” kataku. Elvina ragu juga pada awalnya, tapi saya terus membujuknya dan akhirnya ia menjilat juga.
Penis saya terasa enak dan geli juga dijilat olehnya, seperti anak kecil yang menjilat permen lolipopnya.
“Kulum !” kataku, dia lalu mengulumnya. Saya dorong pantat saya sehingga penis saya masuk lebih dalam lagi, kelihatannya dia seperti mau muntah karena penis saya menyentuh kerongkongannya dan mulutnya yang kecil kelihatan sulit menelan sebagian penis saya sehingga ia sulit bernapas juga. Sambil ia mengulum penis saya, tangan kanan saya meremas kuat-kuat payudaranya yang kiri hingga terlihat bekas merah di payudaranya.
Saya langsung melepaskan kuluman itu dan menuju ke vaginanya. Saya jilat vaginanya sepuas mungkin, lidah saya menusuk vaginanya yang merah pink itu lebih dalam, Elvina menggerak-gerakkan pantatnya kiri-kanan, atas-bawah, entah karena kegelian atau mungking ia menikmatinya juga. Sambil menjilat vaginanya, kedua tangan saya meremas-remas pantatnya.
Akhirnya saya ingin menjebol vaginanya. Saya naik ke atas tubuh Elvina, saya sodorkan penis saya ke arah vaginanya. Elvina kelihatan ketakutan juga,
“ Jangan kak, saya masih perawan !”, Nah ini dia ! saya membujuk Elvina dengan rayuan-rayuan manis. Elvina terdiam pasrah. Saya tusuk penis saya yang besar itu yang panjangnya 18 cm dan diameter 6 cm ke vaginanya yang kecil sempit tanpa bulu itu ! Sulit sekali awalnya tapi saya tidak menyerah. Saya lebarkan kedua kakinya hingga ia sangat mengangkang dan vaginanya sedikit terbuka lagi, saya hentakkan dengan kuat pantat saya dan akhirnya kepala penis saya yang besar itu berhasil menerobos vaginanya !
Elvina mencakar tangan saya sambil berkata “ sakitttt !!!” saya tidak peduli lagi dengan rintihan dan tangisan Elvina ! Sudah sepertiga penis saya yang masuk. Saya dorong-dorong lagi penis saya ke dalam lobang vaginanya dan akhirnya amblas semua ! Dan seperti permainan sex pada umumnya, saya tarik-dorong, tarik-dorong, tarik-dorong, terus-menerus ! Elvina memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya. Tangan saya tidak tinggal diam, saya remas kedua buah dadanya dengan sangat kuat hingga ia kesakitan dan saya tarik-tarik pentilnya yang kuning kecoklatan itu kuat-kuat ! Saya memainkan irama cepat ketika penis saya menghujam vaginanya.
Baru 5 menit saya merasakan cairan hangat membasahi penis saya, pasti ia mencapai puncak kenikatannya. Setelah bermain 15 menit lamanya, saya merasakan telah mencapai puncak kenikmatan, saya tumpahkan air mani saya kedalam vaginanya hingga tumpah ruah. Saya puas sekali ! Saya peluk Elvina dan mencium bibir, kening dan lehernya. Saya tarik penis saya dan saya melihat ada cairan darah di sprei kasurnya. Habislah keperawanannya !.
Setelah itu saya lekas berpakaian karena takut ketahuan. Saya ambil uang 300.000 rupiah dari saku saya dan saya berikan ke Elvina ,
“ Elvina, ini untuk uang jajanmu, jangan bilang ke siapa-siapa yah “, Elvina hanya terdiam saja sambil menundukkan kepala dan menutupi kedua buah dadanya dengan bantal. Saya langsung keluar kamar dan menunggu saja di depan pintu masuk. Sekitar 10 menit kemudian Gunawan dan Dedy turun sambil menggotong lukisan dan patung. Ternyata mereka transaksinya bukan hanya lukisan dan patung saja tapi termasuk beberapa barang antik lainnya. Pantasan saja mereka lama !
Akhirnya saya dan Dedy permisi ke Gunawan dan ke kedua satpam itu. Kami pergi meninggalkan rumah itu. Dedy puas dengan transaksinya dan saya puas telah merenggut keperawanan adik Gunawan. Ha ha ha ha ha, hari yang indah dan takkan terlupakan !

Bercinta Sama Tukang Servis AC



Hari itu, mama dan papaku kembali sedang pergi ke Jakarta. Sedang ciciku sudah ke kantornya. Memang sudah kebiasaan di rumahku, jika ada orang di rumah, pintu depan tidak pernah terkunci, hanya dirapatkan saja.
Pagi itu, aku tidak tahu bahwa mamaku memanggil tetanggaku Benny yang tukang servis AC itu, untuk menservis AC di rumah. Benny adalah seorang cowok chinese yang wajahnya jauh dari tampan. Rambutnya agak botak. Tubuhnya tinggi. Usianya tak jauh beda dari ciciku. Katanya sich dia pernah naksir aku.
Pagi itu, sekitar jam 8, Benny datang ke rumahku membawa peralatan hendak menservis AC. Dia mengetuk pintu namun tak ada jawaban karena aku masih pulas tidur di kamar. Maka dia memberanikan diri, karena sudah kenal, masuk ke rumah.
Waktu dia mendekati kamarku, rupanya mamaku lupa merapatkan pintu kamar, hingga agak terbuka sedikit. Benny tanpa kusadari membuka pintu itu pelan-pelan. Aku saat itu sedang tertidur pulas tanpa ditutupi selimut. Baju tidurku juga sudah tersingkap sampai di pusar, sehingga celana dalamku yang berwarna kuning menyala itu terpampang bebas di hadapan Benny.
Aku merasa ada tangan yang meraba-raba pahaku. Namun aku saat itu sedang memimpikan bersetubuh dengan pacarku. Saat tangan itu membelai-belai selangkanganku yang masih tertutup CD itu, aku merasa bahwa itu adalah jilatan-jilatan dari pacarku.
Kurasakan tangan itu semakin berani merabai tubuhku. Diselipkan jarinya dibalik Cdku yang sudah mulai basah itu. Diraba-rabanya bibir vaginaku dari luar.
Tiba-tiba di halaman belakang ada suara genteng jatuh sehingga aku terkaget dan terbangun. Lebih kaget lagi saat kulihat Benny sedang mempermainkan vaginaku dengan jari-jarinya sambil cengegesan.
“Pagi Dya, sorry gua masuk tanpa permisi, abis ngga ada yang bukain pintu. Pas gua masuk eh gua liat lu lagi bobo dengan baju seksi gini.” “Gua ngga tahan kalo liat lu begini”
Aku berusaha menolak Benny, tapi tangannya kuat mencengkeram bahuku sambil jari tangan yang satunya sibuk mengorek-ngorek isi vaginaku dari balik Cdku yang sudah basah itu.
Aku merasakan geli yang amat sangat, namun aku juga tak begitu rela disetubuhi oleh si Bandot ini.
“Sudah Ben.. gua ngga tahan nich.. entar ketahuan orang ngga enak ” kataku sambil berusaha memegang tangannya. Namun dia tetap bertahan “Tenang aja Dya, bentar lagi pasti enak koq.. Ayo lah.. kita kan udah kenal lama, sekali-sekali kasih donk gua kesempatan..” kata Benny sambil terus mengorek-ngorek vaginaku.
Tak lama kemudian aku merasakan akan orgasme, sehingga pahaku menjepit kuat tangan Benny yang ada di selankanganku. Kira-kira 5 menit kemudian aku merasakan ada cairan yang keluar deras dari vaginaku. Aku jadi lemas karenanya dan telentang tak berdaya, pasrah membiarkan apa yang akan dilakukan Benny.
Benny kemudian menaikkan dasterku ke atas hingga lewat kepala dan membuangnya entah kemana. Dia tersenyum mesum melihat payudaraku yang terpampang bebas dengan putingnya yang merah kecoklatan itu.
Dia segera mengenyot payudara kananku, sambil lidahnya bermain-main di atas putingku. Tangan kanannya perlahan-lahan merosot Cdku hingga bugil. Kemudian jari-jarinya kembali ditusuk-tusukkan ke dalam vaginaku yang sudah becek itu. Mulutnya berganti-ganti mengenyot kedua payudaraku.
Aku yang sudah terangsang itu tak sadar mulai mengelus-elus kepala Benny yang botak itu seperti kekasihku. Padahal sebelumnya aku sama sekali tak kepengen disentuh Benny. Namun Benny sungguh sangat pandai menaikkan nafsuku.
Kemudian Benny melepas seluruh pakaiannya hingga terlihatlah kontolnya yang berukuran sekitar 18 cm dengan diameter 4 cm itu. Dia menyuruhku untuk menjilatnya.
Mulanya aku menolak karena kontol itu agak bau, namun dia menjejalkan kontolnya ke mulutku hingga aku mulai mengemutnya. Kepalaku digerakkannya maju mundur seperti sedang dientot oleh kontolnya.
Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara. “Wah, lagi apa nich.. lagi asik ya.. ikutan donk..” Kami berdua menoleh. Rupanya Bang Man, sopir tetanggaku masuk ke dalam rumahku yang tak terkunci itu. “Sorry non, tadinya mau minjem tangga, eh ternyata lagi pada asyik..” Kata Bang Man.
Aku merasa kepalang basah, maka mendiamkan saja keadaanku yang sedang bugil bersama Benny. Kulihat Bang Man segera melepas celana panjang dan Cdnya. Kontol Bang Man sedikit lebih panjang dari Benny tapi lebih kurus. Selain itu warnanya juga hitam.
Kini kedua pria itu mendekatkan kontol mereka ke bibirku. Sambil terus mengocok kontol Benny yang sudah tegang itu, kontol Bang Man yang masih lemas itu mulai kujilat-jilat. Perlahan tapi pasti kontol itu mulai menegang, hingga akhirnya sama tegangnya seperti kontol Benny.
“Bang, aku udah ngga tahan.. langsung masukin aja ya.. Ben, elu masukin dari bawah aja dech..” kataku kepada keduanya.
Benny kemudian menelentang hingga kontolnya mengacung tegak ke atas. Perlahan aku naik ke atas tubuh Benny dan memasukkan kontolnya ke vaginaku.
Mula-mula agak sakit, namun Benny menghentakkan tubuhnya ke atas hingga bless.. Kontolnya langsung masuk ke dalam lubang memekku.
Aku perlahan-lahan mulai menaik turunkan tubuhku. Tak terlalu susah karena vaginaku sudah basah. Aku merasakan kegelian yang amat sangat saat kontol Benny keluar masuk tubuhku.
Tiba-tiba Bang Man memaksaku agak menelungkup. Kemudian.. bless.. Kurasakan kontolnya yang panjang itu menyodok lubang pantatku hingga aku agak terdongak ke atas. Bang Man segera menjambak rambutku dan menjadikannya sebagai pegangan.
Aku semakin kegelian karena payudaraku yang tergantung bebas itu dijilat-jilat Benny dari bawah. Sungguh sensasi yang luar biasa. Saat Bang Man menyodokkan kontolnya, saat itu pula kontol Benny tertanam makin dalam ke liang vaginaku. Aku sampai dibuat orgasme 2 kali.
15 menit kemudian mereka berganti posisi. Benny masih menelentang, namun dia mendapat jatah lubang duburku. Sementara itu dari depan, Bang Man menyodokkan batangnya kedalam vaginaku yang sudah becek. Bang Man menggenjot kontolnya maju mundur dengan cepat sambil tangannya berebutan dengan tangan Benny meremasi payudaraku.
Aku dibuat menggelinjang kesana kemari oleh terjangan dua cowok ini, hingga akhirnya aku tak tahan dan orgasme untuk entah yang keberapa.
Tak berapa lama kurasakan kontol Benny berdenyut-denyut, dan dia mencengkeram keras payudaraku. Dia kemudian menyemprotkan spermanya banyak sekali di dalam duburku.
Rupanya Bang Man masih perkasa. Tanpa mempedulikanku yang kecapean, dia segera memangkuku, sambil kontolnya naik turun menusuk vaginaku. Bibirnya yang hitam itu sibuk mengenyot-ngenyot puting susuku hingga aku kegelian.
Akhirnya aku kepengen orgasme lagi. ” Bang.. aku mau keluar lagi..” “Tahan non, abang juga dah mau nyampe.. barengan aja ”
Akhirnya kurasakan aku mulai mengejang. Akhirnya pertahananku jebol. Dari vaginaku keluar cairan banyak sekali. Tak lama kurasakan Bang Man juga menyemprotkan banyak sekali air maninya ke dalam vaginaku.
Kami berdua kecapean hingga telentang di ranjang. Rupanya Benny sudah bangkit lagi. Hingga tanpa memberiku waktu istirahat, dia segera menancap vaginaku.
Hari itu, kami bertiga bermain sex sampai kira-kira hampir sore. Aku merasa sangat kelelahan sekali, namun juga sekaligus puas sekali. Ini adalah pengalamanku yang sangat hebat.
“Nadya, elu sungguh hebat, kapan-kapan kita main lagi ya” kata Benny sebelum pulang sambil menciumku. Dalam hati aku hanya bisa mendongkol. Enakan di dia, ngga enak di guanya, gerutuku dalam hati.

Ngentot Sama Pembantuku

Pertama kenalkan nama gue Andre (nama samaran), gue bekerja di salah satu perusahaan swasta di ibukota Jawa timur. Usia gue 27 tahun dan belum menikah., gue tertarik untuk membagi pengalaman gue dengan pembaca yang lain.
Tentang wanita yang gue sukai, gue lebih menyukai orang Indonesia asli dan bahkan gue sering mengamati pembantu- pembantu yang ada di sekitar rumah gue tinggal dan juga wanita-wanita yang usianya lebih tua dari gue. Cerita sex nikmatnya ngentot pembantu. Kisah ini berawal 9 atau 10 bulan yang lalu, saat itu gue bermaksud menjemput pacar gue di rumahnya, namun sesampainya di rumahnya ternyata kosong, hanya ada pembantu bernama santi yang ada di rumah. santi yang berusia jauh lebih tua dari gue ini bertubuh kecil, hitam, berparas cantik dan mempunyai bentuk payudara yang menarik (walaupun kecil tapi bentuknya tegak ke depan).
Saat itu gue menunggu pacar gue pulang dari kerjanya, kemudian santi minta tolong gue untuk mengangkat meja ke ruangan sebelahnya bersama dengannya. Untuk mengangkat tentunya kami harus membungkuk, dan pada saat itu santi yang menggunakan pakaian batik membungkuk untuk mengangkat meja tersebut di hadapan gue. Saat itulah gue menyaksikan dua bukit kembar yang bergantungan di dalam BH berwarna hitam. Secara refleks, ‘adik’ gue langsung bangkit dan gue terus memperhatikan pemandangan tersebut sampai akhirnya Santi menyadari bahwa gue sedang memandangi payudaranya. Secara refleks Santi langsung menutup pakaiannya itu dan tersipu malu. gue bersikap pura- pura tidak mengetahui kejadian tersebut.
Itulah awal dari cerita sex ini. Sejak saat itu apabila ada kesempatan Santi memperlihatkan payudaranya di depan gue, entah waktu dia sedang mengepel lantai atau sedang membungkuk selalu dengan secara sengaja dia memperlihatkannya di depan mata gue. Dalam pikiran gue sudah berkecamuk pikiran untuk dapat meremas payudara tersebut, namun kemudian rasa khawatir muncul lagi karena dia adalah pembantu yang bekerja di tempat pacar gue, bagaimana nanti kalau sampai ketahuan?
Persisnya, hari Sabtu bulan februari kemarin gue ke rumah pacar gue lagi untuk mengambil barang yang tertinggal di sana (pada waktu itu pacar gue dan keluarganya sedang ke surabaya untuk acara pernikahan keluarga). Otomatis pada saat itu di rumah pacar gue hanya ada Santi seorang diri, gue pun segera masuk ke ruangan di mana gue meninggalkan barang gue. Kemudian gue bermaksud untuk segera pulang dan memanggil Santi untuk membukakan pintu bagi gue. Namun setelah gue panggil berulang kali tidak ada jawaban, gue beranikan diri untuk menuju kamarnya untuk memanggil dia.
Pada saat gue sudah berada di depan kamar dan berusaha mengintip ke dalam kamar, gue melihat dia sedang melepaskan baju atas yang dipakainya sehingga hanya memakai BH warna hitam dan rok warna coklat. Santi agak terkejut melihat gue sudah berada di depan kamarnya dan langsung berusaha untuk menutupi bagian depan dari tubuhnya. gue yang sudah terlanjur di depan kamar pun tidak kalah kagetnya melihat Santi dengan pakaian yang minim. Kami saling berpandangan dan tanpa dapat berkata apa-apa satu sama lain.
Akhirnya gue beranikan untuk maju dan mencoba untuk menyentuh payudaranya, ternyata Santi hanya diam saja, sehingga akhirnya gue peluk dia dari belakang (bau tubuhnya sangat wangi karena kelihatannya Santi habis mandi dan keramas). Kedua tangan gue secara otomatis terarah ke payudaranya yang masih tertutup BH hitam, gue coba mengelusnya dan gue berusaha memasukkan tangan gue ke dalam. Ternyata sesuai dugaan gue, putingnya sudah mengeras dan memanjang. Saat gue pilin, Santi mengeluarkan suara, “Ah.. ah.. ahh…” sehingga menimbulkan rangsangan yang hebat bagi gue.
gue terus memilin putingnya sambil menciumi tengkuknya dari belakang. Adegan tersebut berlangsung selama kurang lebih 5 menit, kemudian Santi melepaskan tangan gue dari payudaranya dan berbalik menghadap gue, kaos yang gue pakai mula- mula dilepaskannya, kemudian menyusul celana pendek yang gue pakai sehingga sekarang gue tinggal menggunakan celana dalam saja dengan gundukan di tengah yang cukup besar. Gundukan tersebut dielus dengan gerakan tangan yang sangat merangsang sehingga rasanya kontol gue sudah berdenyut-denyut.
Kemudian setelah puas dengan elusannya, Santi melepaskan celana dalam gue dan berkata, “Untuk ukuranmu kontolmu cukup gede juga ya..” sehingga tampaklah kontol gue yang sudah tegang.
Dengan posisi berjongkok, Santi terus mengocok kontol gue dan kemudian memasukkan kontol gue ke dalam mulutnya. Perasaan gue semakin berdebar- debar, apalagi ditambah dengan kenikmatan kuluman kontol gue di mulut Santi. Santi masih terus mengulum kontol gue dan kadang ditambah dengan meremas payudaranya sendiri.
Setelah kurang lebih 10 menit, gue angkat dia sehingga sekarang dalam posisi berdiri. gue tidurkan dia di ranjang dan gue mulai menciumi dia di wajahnya, kemudian dilanjutkan dengan berpagutan, lidah kami saling memasuki mulut masing-masing, sehingga menambah gairah kami. Kemudian ciuman mulai gue turunkan ke arah leher dan payudara. Melihat puting yang tegak menghadap ke atas itu gue menjadi gemas dan segera gue kulum dan gue gigit dengan pelan, Santi kelihatan sangat terangsang, terlihat dari gerakan-gerakan dia yang mulai tidak teratur dan napasnya yang tersengal- sengal.
Putingnya masih gue gigit sampai 5 menit kemudian, dan tangan kanan gue mulai menuju ke bagian bawah. Rok yang masih digunakan gue minta untuk dilepas sehingga sekarang tampaklah celana dalam warna hitam dengan bentuk yang sangat kecil, sehingga menambah rangsangan bagi gue. Tangan kiri gue masih sibuk memilin putingnya, sedangkan tangan kanan gue mulai bergerilya ke bagian dalam celana dalamnya.

Begitu memasuki celana dalamnya, terasa ada rambut- rambut keriting yang sudah sedikit basah, gue coba gosok- gosok terus bagian tersebut sambil gue pilin putingnya.
Santi terus mendesah, “Ah… shh… shhh… enak sekali Mas..! Yang lebih cepat..!”
gue tingkatkan gosokan tangan kanan gue di vaginanya.

Jumat, 01 Januari 2010

Seks Anak Perawan






Namaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.


Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok. Baca cerita seks nikmatnya tubuh perawan selengkapnya ceritaserudewasa.info. Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.
Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.
“Len…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.
“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon.
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.
“Iya…..boleh…” ungkapnya.
“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.
“Len…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.
“Masa sih..!” kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.
“Aku boleh bilang sesuatu nggak Len…?” tanyaku agak ragu padanya.
“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Marlena penasaran.
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri.
“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya.
“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya.
“Sebentar….aja….ya…Len..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.
“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.
Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.Gila..


kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.
“Aku terangsang Len…abis kamu cantik sekali Len…!” ungkapku terus terang. Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran. “Anunya bangun ya kak…?” tanya Marlena heran. “Iya Len…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.“Kamu mau lihat nggak Len…?” tanyaku padanya. Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos. “Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan. Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.


Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Marlena sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu.”Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura.“Ngapain malu Len…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar.“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.
“Iiiih…takut ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.


“Aaaah…ooouw….terus Len…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len…?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.
“Gimana Len…….?” ungkapku padanya.
“Gimana apanya…!” jawab Marlena polos.
Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan. Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.


“Len….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.
“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung.
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Lena tenang aja…!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.
“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek padaku.
“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.
“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.
“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.
“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas lubang memeknya.


Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.
Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Marlena heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku.
“Aaah…Len…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat.”Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Marlena, heran.
“Iya…Len…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.“Iya…Len… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.


Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.
“Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya.“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya.“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu.“Apaan sih ini….namanya..?” Marlena bertanya padaku.”Hmm…itu namanya air mani…Len…!” jelasku padanya.


Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.
Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.“Len…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Marlena. “Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Marlena polos.
Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu.

Enaknya Jadi Diri Ku

Salah satu yang sangat menentang pernikahan kami dan sangat membenci aku adalah kakak ipar ku, sebut saja Donita. ternyata baru ku tahu dia adalah cewek yang jarang punya pacar, pacarnya yang sekarang adalah pacar yang keduanya, dan bisa dibilang tidak begitu popular dikalangan pria. Beda dengan istri ku yang memang banyak yang suka, sehingga aku mematahkan hati cukup banyak pria karena dia menikah denganku. Yang membuat mbak Donita tambah benci kepada ku saat itu, mungkin karena aku tinggal bareng mertua dan masih merepotkan. Jadilah di rumah itu ada 6 orang, Ayah dan Ibu mertua, aku, istri, anak, dan mbak Donita. Ini belum termasuk eyang putrinya istriku.


Aku seorang pria yang sudah menikah. panggil saja Edo.Aku sekarang tinggal di jogja, walaupun aku bukan asli jogja, istri ku yang asli jogja. Aku menikah muda,23 tahun, saat aku masih kuliah, dan istri ku juga. kami menikah karena MBA. Karma kata teman-teman ku. Aku bukan PK yng suka ganti-ganti pasangan, hanya tidak bisa menahan hasrat saja. Ini adalah kisah ku dengan kakak ipar ku yang bisa dibilang, tidak akur tapi hanya akur masalah sex.Istri ku anak kedua, hanya dia dan kakaknya yang keduanya wanita, sedangkan aku anak tunggal.

Pengalaman sex pertama istri ku adalah dengan ku, sedangkan aku memang sudah rusak dari SD. Dulu di SD aku pernah “main titit” sama adik teman yang juga tetanggaku. Maksudnya ‘main titit’ adalah kami saling menggesekkan alat kelamin, dan itu waktu aku masih kelas 2 SD, bersama 2 teman tetangga ku lainnya. kelas 3 SD aku sudah nonton LD bokep, mulai masturbasi, mengintip pembantu mandi, dan bahkan memaksa menyusu pada pembantu ku. Kelas 5 SD, aku sudah ciuman dan petting tetangga yang memang akan pindah ke luar kota, juga baca novel porno bahasa inggris ayah ku. Bahkan SMP aku sudah melepas keperjakaan ku.

Istri ku,sebut saja Ani, adalah pacar resmi ketiga ku, yang memang mengangkat ku dari keterpurukan, memberi ku semangat kuliah lagi, dan ingin ku nikahi, aku memang serius. Aku memang tidak bisa pacaran tanpa ML,kedua pacar ku sebelumnya pun ku perawani, dan istri ku tak terkecuali. Aku memang tidak pernah dan tidak suka ML pakai kondom, sehingga entah aku telat cabut, atau perhitungan istri ku salah, akhirnya kami menikah karena dia hamil.

Setelah putri pertama ku lahir, entah mengapa, aku sangat susah dapat jatah dari istri, bisa 1 bulan sekali, itupun kalo moodnya bagus. Banyak sekali alasannya, mulai dari capek mengurus anak, hingga dia berlendir, yang artinya tanda sedang subur. Mau tak mau aku harus menahan diri. Untungnya aku punya beberapa teman cewek yang baik hati dan mau jadi teman selingkuhku. Kami melakukannya karena memang suka dan butuh. Tapi kalau memang tidak bisa, ya balik ke selera asal, onani.
Aku bisa agak nyeleneh masalah sex. Aku dari SMA mulai menyuaki Panty Fethisism, maksudnya onani sambil mencium celana dalam bekas seorang wanita. Lebih bagus kalau aku tau memang itu celana dalam milik cewek yang aku suka, bekas pakai, jadi masih berbau khas cewek. Nikmat rasanya onani dan akhirnya menumpahkan sperma ke celana dalam bekas itu, sambil membayangkan menumpahkan sperma di memek cewek itu.


Beberapa kali aku terpaksa memakai celana dalam mbak Donita, kakak iparku, saat istri ku tak memberiku jatah. Memang kalau masalah cantik, labih cantik dan putih Ani, istri ku, tapi kalau masalah body, toket n bokong lebih besar mbak Donita.
Istri ku yang sudah menyusui saja cuma 38b, sedangkan mbak Donita yang belum menyusui sudah 38b juga, kadang kalau tak salah dia pakai yang 40b tergantung merek bra nya. Aku memang cowok yang tidak begitu mempermasalahkan muka pasanganku, yang penting enak dilihat, karean aku sadar diri aku tidak ganteng. Tapi yang penting cewek ku , harus chubby, agak gendut tak apa, asal bokong dan toketnya, wuih. Itulah alasan aku cukup sering memakai celana dalam mbak Donita untuk masrturbasi, bodynya itu yang bikin aku sering horny dan membayangkan ML sama dia. Dan semuanya aman-aman saja ku lakukan tanpa ketahuan, hingga suatu malam.


Malam itu seperti malam lainnya, dimana aku gagal minta jatah dan terpaksa mengendap-endap ke mesin cuci mencari celana dalam kotor mbak Donita untuk pelarian. Setelah mendapatkan yang ku cari, aku segera menuju ruang computer yang berada di belakang dekat kamar mandi. Aku mulai menyalakan computer, dan menonton koleksi bokep ku. Aku simpen di folder yang terproteksi password, jadi tak ada seorang pun yang bisa membukanya. Aku sudah hafal kebiasaan rumah ini. Tidak ada yang bangun ke kamar mandi sampai jam 4 pagi, jadi karena sekarang masih jam 12.30 malam, aku aman untk melakukan pelampiasan hasrat ku. Sebelum terlalu tenggelam dalam kegiatanku, ku cek sekali lagi kondisi rumah, semuanya tertidur lelap, kecuali mbak Donita yang sedang asyik telepon dengan pacarnya.
Tiba-tiba terdengar suara desahan tertahan dari dalam kamar mbak Donita. Aku yang terbiasa dengan suara seperti itu, jadi penasaran apa benar suara tersebut seperti dugaanku, mbak Donita sedang phone sex. Sampai sekarang aku tak bisa phone sex walaupun pernah sekali mencoba bersama salah satu teman cewek ku. Aku menunggu sambil pura-pura nonton tv. Tak berapa lama, mbak Donita keluar ke kamar mandi.
Aku pun mematikan tv dan ikut ke belakang. Mbak Donita pun langsung bertanya, “mau ngapain le?”, “main computer” jawab ku santai. Mbak Donita pun masuk kamar mandi, dan ketika dia keluar, aku pun bertanya dengan santainya, “habis ngapain mbak? kok ada suara suara dari dalam kamar tadi?”. Mbak Donita agak kaget, malu dan marah, “maksud mu apa to le? kamu nguping mbak telpon tadi? sambil pura-pura nonton tv?”
“siapa yang nguping? kan suaranya kedengeran sampai luar. kalau ada orang bangun nonton tv selain aku juga pasti denger suara desahan mbak di kamar. ngapain sih mbak? ga dapet jatah dari mas adi?” tanya ku santai. “sok tau kamu!” jawab mbak Donita sambil berlalu. Aku pun malas bertanya lagi, dan hanya berkutat di depan computer. Di rumah memang aku dipanggil tole oleh mertua dan mbak Donita, karena aku cowok satu-satunya selain mertua laki-laki.


Tak lama, aku mendengar samar ada teriakan tertahan. Penasaran, aku lalu menuju kamar mbak Donita, dan memang terdengar lagi desahan-desahan tertahan. Timbul niat iseng ku, ku ambil hp ku dan merekam desahan-desahan mbak Donita.Hanya sebentar, dan aku yang makin horny karena desahan mbak Donita, segera kembali ke computer dan memulai bokep ku. Celana dalam mbak Donita pun ku keluarkan, dan mulai ku n cium-cium aromanya. Ak pun mulai onani dengan santainya.
Lupa dengan kemungkinan mbak Donita keluar dan memergoki aku sedang onani. Dan ternyata benar saja, saat aku sedang hampir orgasme, dengan celana dalam mbak Donita ku ciumi aromanya, mbak Donita memergoki aku. Aku yang gagal orgasme, bercampur malu, bingung menyembunyikan celana dalam mbak Donita. “ooo, jadi begini to kalo kamu gak dapet jatah dari dek Ani? Ayo ngaku le! kamu habis ngapain tadi? tunjukin tu celana dalem!” perintah mbak Donita. “ampun mbak, kalo mbak gak bilang siapa-siapa, aku juga gak bakal kasih tau siapa-siapa tentang phone sex mbak deh.” nego ku dengan agak takut, karena memang mbak Donita terkenal galaknya. Mbak Donita pun tak kalah gertak,”mana buktinya kalau aku phone sex? kalau kamu, sudah ada bukti jelas”.


Aku dengan santainya mempedengarkan hasil rekaman ku., dan mbak Donita langsung melunak seketika. “ya jangan gitu lah le, kamu ga kubilangin deh, tapi hapus rekaman mu itu. aku malu kalo ketahuan le.” bujuk mbak Donita. Aku sih santai saja. karena sudah ku back up di computer dengan kabel data sesaat sebelum ini. aku pun menyanggupinya. Dengan mbak Donita yang lebih melunak, dia yang mengajak aku bicara duluan. “gak dapet jatah le?” tanya mbak Donita, sambil mendekati ku, menarik kursi dan duduk agak jauh dari ku. “ya iya lah mbak. kalo aku dapat jatah, aku mana mau onani. kan lebih enak ML. tapi dek Ani kan memang ada aja alasan untuk ga ML sama aku. terpaksa onani lah, daripada ke sarkem” (sarkem tu pasar kembang- tempat prostitusi di jogja). “trus mbak juga ngapain phone sex? kan tiap hari bisa minta mas Adi? masih kurang jatah malam ya? horny amat seh?” tanya ku. dan entah kenapa mbak Donita diam saja, malah balik bertanya. “itu celana dalam ku to? kenapa kamu pake onani le? kamu ga cukup sama de Ani. dan sudah berapa lama kamu kaya begini?” “kalau berapa lama, ya ga tau, tapi setiap ada kesempatan, dan de Ani ga kasih jatah, ya begini jadinya. aku kan orang yang gampang horny mbak.” jawab ku jujur, daripada nanti dia lebih marah lagi, bisa bahaya. “trus mbak sendiri ngapain? tadi belum jawab pertanyaan ku lo”. Mbak Donita tak menjawab. dia hanya diam, dn mendekati ku. “Le, ‘punya’ mu sebesar apa to? coba ku lihat.”, sambil menark tangan ku yang menutupi kontol dan celana dalamnya.


Agak kaget dia ketika melihat kontol ku yang sudah menegang, dan diambilnya celana dalamnya yang sudah basah oleh sperma ku, dilihat dan diciumnya celana dalamnya. “bau pejuh mu le, lumayan kental ya. kontol mu juga sedikit lebih besar dari mas Adi. De Ani dulu selalu ngerasain itu ya?” Ku lihat mbak Donita yang sepertinya horny juga lihat kontol ku, wah kesempatan nih, pikir ku. “kalau mau pegang boleh loh mbak”. Tapi mbak Donita malah bangun dan masuk kamarnya, tanpa berkata apa pun, membawa celana dalamnya yang ku pakai onani tadi, entah untuk apa.
Besoknya, aku dirumah sendirian. Ayah dan ibu mertua kerja, istri ku ada kuliah, sedangkan mbak Donita sudah pergi entah kemana. Anak ku biasanya dititipkan ke tante dari istri ku, karena memang harusnya aku pun sedang mengajar. Aku kerja sambilan jadi tentor di sebuah lembaga pendidikan. Tapi karena tadi pagi ternyata ada sms tidak ada kelas, aku di rumah saja. aku lantas beDonitasiatif membersihkan rumah. Maklum numpang mertua, jadi harus bantu bersihin rumah. Tiba-tiba ada suara motor masuk, ku kira istri ku sudah pulang kuliah, tapi ternyata mbak Donita yang pulang. Mbak Donita masuk tanpa menyapa ku. Aku pun tak peduli, dan selesai bersih-bersih, aku langsung nonton tv. Tak ku duga mbak Donita memanggilku, “le! kesini bentar! aku mau ngomong! penting!” nadanya agak tinggi. Aku yang malas, menghampirinya. Kaget juga aku saat tau di kamarnya dia siap sedang bersiap ganti baju. “Duduk le! Aku Cuma mau kasih tau kamu, kamu ga boleh lagi onani kaya semalam. bagaimana pun juga kamu sudah punya istri. dan kalau tidak bisa tahan dan horny sekali, kamu kan bisa minta sama aku.” kata-kata terakhir mbak Donita adalah kata-kata yang paling aneh yang pernah ku dengar. “jangan bercanda lah mbak. nanti kalau aku mau beneran baru kapok loh” jawab ku setengah tak percaya.


Mbak Donita dengan tak terduga melemparkan celana dalam yang kemarin ku pakai onani kepada ku, dan lalu melorotkan celana pendek jins yang dia pakai. Aku diam dan kaget melihatnya, Gila, ada apa dengan mbak Donita sih? tanya ku dalam hati. Setelah celananya lepas, dia pun melepas celana dalamnya, lalu melemparkannya pada ku. “cepat onani lagi pakai celana dalam ku, aku juga mau onani liat kamu onani. biar adil kita” Aku hanya diam, walau kontol ku sudah tegang, dan sangat terangsang melihat dia mulai duduk mengangkang dan memainkan klitorisnya sendiri. Aku mengambil celana dalam yang dipakainya, hitam, agak transparan, dan ku cium, lalu ku sentuhkan ke kontol ku dan mulai onani.
Tak tahan dengan pemandangan dan tau kalau mbak Donita belum akan orgasme, aku menawarkan sesuatu pada mbak Donita, “mau ku bikin orgasme enak ga mbak? dijamin minta lagi deh”. Tanpa menunggu jawaban, aku pun menghampiri mbak Donita dan mendekat wajah ku ke gawuknya. Mbak Donita tampaknya tahu apa yang akan ku lakukan. Ku mulai dengan mencium bibir gawuknya, mulai menjilati selangkangan dan bagian dalam pahanya. Lalu aku mulai naik menjilati klitorisnya. Mbak Donita yang dari tadi sepertinya menahan desahan, tiba-tiba menekan kepala ku ke gawuknya. Aku mulai menikmati seluruh bagian gawuknya. Aku sangat suka menjilati gawuk wanita, baunya yang khas, rasanya yang khas, semuanya menggoda ku untuk terus menjilat, mencium dan menghisap gawuknya. Mbak Donita ternyata sangat suka ketika aku menghisap dan menggigit klitorisnya.

Desahannya makin menjadi saat ku lakukan itu. Jari ku pun tak mau diam, aku mulai memasukkan jari manis dan tengah ku mencari g-spotnya. Tiba-tiba mbak Donita membuka semua sisa pakaiannya, lalu menarik tangan kiri ku ke toketnya, dan aku mulai merangsang toketnya. Tak lama, dengan intensnya rangsangan di g-spot dan klitorisnya, mbak Donita pun orgasme, dengan aku yang masih menghisapi klitorisnya kuat-kuat. Basah semua mulutku dengan cairan gawuknya.
Mbak Donita yang sepertinya sudah cukup pulih tenaganya menarik ku duduk di sebelahnya. Aku pun mulai lagi rangsangan di gawuk dan mulai menghisapi putingnya. Tanpa ku duga, mbak Donita menarik muka ku dan mencium bibir ku penuh nafsu, dan ku layani ciumannya, sambil terus melakukan rangsangan di toket dan gawuknya. Tangan mbak Donita tiba-tiba aktif mengocok kontol ku. Selepas ciuman, mbak Donita langsung mengarahkan mulutnya untuk menyepong ku. Ku sambut dengan sedikit jambakan rambut, agar batang kontol ku bisa masuk semua dan bisa menyentuh kerongkongannya. Teknik sepong mbak Donita ternyata hebat, entah belajar dimana dia. Istri ku tak pernah mau menyepong ku, jadi aku sangat suka saat mbak Donita ternyata menyepong ku. Kepala kontol ku dihisap keras-keras, dan lubang kencing ku dijilatinya begitu nikmat hingga hampir saja aku orgasme.


Tak tahan lagi ingin mencoba kakak ipar sendiri, aku langsung minta ijin memasukkan kontol ku ke gawuknya yang lumayan sempit.(dibanding istri ku yang sudah pernah melahirkan). Mbak Donita tak menjawab apa-apa, hanya mebuka pahanya lebar, lalu melepaskan kontol ku dari mulutnya, lalu mulai menciumi ku. Perlahan ku arahkan dan ku masukkan kontol ku ke gawuknya. Ku tekan pelan, mulai masuk, dan akhirnya masuk semua batang kontolku dalam gawuk mbak Donita. Mulai ku genjot pelan, kami pakai gaya misionaris. Mbak Donita mulai mendesah agak keras, aku pun mulai mempercepat genjotan ku. “Enak le? sama dek Ani enak mana?” tanya mbak Donita pada ku yang sibuk menghisap dan menggigit putingnya. “Dek Ani sudah agak longgar mbak, lebih sempit gawuk mbak lah. Aku suka banget loh mbak. Apa lagi aku dah hampir 1 bulan ga dapat jatah. Ini benar-benar sangat enak. Toket mbak memang mantap, lebih padat dan besar dari dek Ani. Kemarin-kemarin cuma bisa onani sambil bayangin ngentot mbak Donita. Eh, sekarang malah ngentot beneran. Mbak sendiri kenapa akhirnya mau mbak?” tanya ku sambil tetap menggenjot. Mbak Donita yang kelabakan dengan genjotan ku, menjawab sekenanya. “ga puas ma mas adi le, dan penasaran sama kontol mu. enak gak kalau masuk gawukku? Ternyata gede dan enak ya le. Tau begini, dari dulu-dulu mbak ngajak kamu. mbak suka banget kamu jilatin gawuk mbak kaya tadi. nanti lagi ya.” “oke mbak, asal aku dapat gawuk mbak, aku pasti puasin mbak lah.”


Cukup lama juga gaya misionaris ini. Lalu mbak Donita mulai beDonitasiatif diatas, memperlihatkan goyangan toketnya yang besar itu sambil ku remas dan ku hisap, bahkan ku gigit yang ternyata membuat mbak Donita tambah liar menggoyangkan pantat dan bahkan mengkegel kontol ku. Tak kuat akan orgasme, ku minta mbak Donita menungging dan aku mulai gaya favorit ku, doggie, yang ternyata juga gaya favorit mbak Donita. Sebelum ku sodok, ku jilati dulu belahan dan lubang pantat mbak Donita. “Geli le, tapi enak” katanya. Saat ku sodok dan ku pacu gawuknya dengan agak kasar dan cepat, ku masukkan juga jari telunjukku ke lobang pantat mbak Donita. Mbak Donita mendesah lebih seru seperti menikmati sodokan di kedua lobangnya. Tak lama mbak Donita meminta ku memacu lebih keras dan cepat, “yang cepet le, lebih dalem lagi, agh…agah…enak le…yang kuat le…agh…mmmhhh…agak kasar…pantat ku kobel aja le…agh…masukin lagi jari mu….enak le….bentar lagi aku orgasme…agh…agh….agh…aaaaaagggghhhhh…… !!!!” teriak mbak Donita yang tak peduli apa-apa lagi selain nikmatnya sex. Aku pun mengistirahatkan sejenak kontol ku. Setelah cukup pulih dan selesai orgasme mbak Donita, kembali ku pacu dengan cepat gawuknya.
Sebentar saja, aku bertanya, “mbak, ku keluarin dalem gawuk ya. biar plong rasanya, dan puas bisa orgasme dalam gawuk mbak.” Mbak Donita hanya terus mendesah dan ku anggap itu jawaban “ya”. “mbak…enak mbak…di kegel mbak…kempot kontol ku mbak…enak mbak…agh…agh…keluar mbak!…” Ku tunggu berhenti muncratnya pejuh ku, lalu ku cabut kontol ku agar aku bisa berbaring disebelah mbak Donita. Tapi mbak Donita langsung menyambar kontol ku dan menghisap, mungkin membersihkan sisa pejuh ku. “enak pejuh mu le. pantes dek Ani suka. tapi tenang, aku punya pil kok. kan mas Adi juga gak mau numpahin pejuh di luar gawuk ku.” Ku cium mbak Donita, lalu mulai kurangsang lagi dia. Pejuh ku yang keluar dari gawuknya diambilnya dengan jari dan dijilatnya. “kalau mau coba nanti bisa ku keluarin di mulut mbak deh. mau coba? dek Ani ga pernah mau, jadi ku kira mbak gak suka” kata ku.


Mbak Donita tak berkata apa-apa, tapi langsung memegang kontol ku dan mulai menyepong. “Nikmatnya, tau begini dari dulu ya mbak. coba bisa tiap hari begini. asyik deh” Mbak Donita tak berkomentar dan terus menyepong. Aku pun tak mau kalah, ku jilati dubur mbak Donita. Semoga mbak Donita mau di anal.
Aku yang sudah tak tahan lagi, mulai mencoba memasukkan kontol ku dalam gawuk mbak Donita. Mulai ku genjot dia dari samping. dan aku pun mulai merayu dia untuk ku anal. “sakit ah le kalo silit. dan aku gak bisa e’e’ lo. kalo pake jari tadi memang enak. tapi kalo pake kontol masih takut.” aku terus membujuknya, dan meyakinkan kalau rasa dan sensasinya mirip ngentot di gawuk. Dan entah bagaimana, akhirnya mbak Donita mau mencoba anal. Dengan ini, mbak Donita jadi cewek ke 7 yang ku perawani duburnya. Cewek-cewek sebelumnya, semua teman sex ku, dan tak jarang cewek yang ku ajak One Night Stand pun ku anal, karena mereka sudah pernah di anal. Aku memang suka anal, sempit gimana gitu, sensasi rasanya beda dengan gawuk.


“Beneran enak lo le, awas kalo sakit doang dan ga enak.” kata mbak Donita cemas. Ku jilati silit mbak Donita, dan kupastikan kontol ku sudah cukup licin. Mbak Donita ku minta nungging, dan ku coba buka lubang silitnya, dan mulai ku tusukkan kontol ku perlahan,. Mungkin karena cukup licin, ½ kontol ku sudah masuk ke silitnya. Kubiarkan beradaptasi dulu, lalu mulai ku pacu pelan. Tampak mbak Donita menahan sakitnya, tapi mendesah cukup keras. lama kelamaan, karena mulai terbiasa, ku pacu lebih cepat silit itu. “Enak le, agh…agh…agak cepet dikit dong le…enak silit ku….gawuk ku di kobel dong le….agh…agh…agh…” pinta mbak Donita. Otomatis tangan kanan ku memainkan klitoris dan g-spot mbak Donita.
Ku masukkan jari tengah dan manis ku lagi. sementara, mbak Donita sibuk mendesah dan mencubit puting, dan kadang klitorisnya sendiri. Tak lama, mbak Donita meminta ku mengganti posisi. Dia ingin diatas, dan aku menyodok silitnya lagi. “Enak ternyata le, besok lagi ya, agh..agh..” setelah agak lama, mbak Donita pun orgasme, tapi aku tak memperlambat laju ku. “agh..aku sudah le” “sabar mbak, sebentar lagi aku juga sampai..agh…agh..aaagghhh..” ku keluarkan semua sisa pejuh ku di silit mbak Donita. Tak lupa sisa yang masih ada di kontol ku di jilat bersih oleh mbak Donita. Aku menciumnya dan bilang “makasih ya mbak, gawuk dan silit mbak memang top. jangan marah kalo besok aku minta lagi ya mbak.” dan mbak Donita hanya tersenyum “aku juga puas banget kok le.sudah sana cepet. kamu ada les tho. aku juga mau ketemu temen. keburu dek Ani pulang juga.” Mbak Donita bergegas ke kamar mandi, sedang aku masak mi instant karena lapar sekali. Aku dan mbak Donita makan bersama. dan baru ketemu lagi malamnya.


Malamnya, kami bertingkah biasa saja, kecuali aku tetap tak bisa tidur. Mbak Donita yang terbangun tengah malam bertanya” kok belom tidur le? gak capek? aku aja capek banget. jangan bilang kamu minta jatah sama aku malam ini. aku gak bisa. capek banget”. dan setengah bercanda, ku perlihatkan kontol ku yang memang lagi tegang padanya. “gak bisa tidur kalo masih tegang begini. sepongin dong mbak, biar loyo dan bisa tidur.” Mbak Donita pun tanpa ragu memegang penis ku, dan mulai menyepong. Jepit pake toket dong mbak, tapi nanti keluarinnya semua di mulut mbak, gak boleh ada yang tumpah. kalo tumpah aku mau silit mbak.” mbak Donita terus menyepong sambil membuka baju tidur yang ternyata dia tidak pakai bra. Langsung dijepit toket 40b mbak Donita sambil dihisap kepala kontol ku. Akhirnya, aku pun orgasme yang langsung dihisap semua dalam mulut mbak Donita. Tanpa sisa, dan tanpa komentar selain “memang lebih enak pejuh mu le daripada mas Adi. gak nyesel aku ngentot sama kamu”, dia mencium ku dan masuk ke kamar lagi.